Islam adalah ajaran yang memelihara keseimbangan. Doa dalam Alquran mengajarkan keharmonisan. Dunia dan akhirat diminta agar bahagia secara simultan. Juga diminta agar bersikap tak berlebihan. Benci dan cinta harus disikapi penuh kesepadanan. Makan dan minum juga dilakukan tidak berlebihan. Itulah pesan ilahi dalam kitab suci Alquran. Kemudian dijabarkan oleh hadis dalam bentuk perbuatan. Antara jasmani dan rohani dijaga secara sepadan. Iptek dan imtaq diperlakukan juga demikian. Jangan lupa antara rasa dan rasio tetap dikeseimbangkan. Tidak boleh satu diutamakan dan yang lain diabaikan. Itulah ajaran keseimbangan yang terdapat dalam Islam. Ketika gempa bumi tektonik di Mandar tahun 1967-an. Seorang ulama besar, Sayyid Hasan, datang mengingatkan. Beliau memberi tausiah dalam Masjid Jami' berupa pengajian. "Jangan terlalu sedih jika ditimpa musibah kecelakaan. Sebaiknya, jangan terlalu riang jika mendapat kebahagiaan". Sikapilah dengan sederhana tetap menjaga ekilibrium. Sambil berkisah: ttg seorang kafilah di padang lapang. Singgah bernaung di bawah sebuah pohon rindang. Karena ngantuk tak terelakan dia tertidur dalam kesunyian. Alangkah kagetnya saat terjaga melihat untanya hilang. Apalagi di punggung untanya penuh semua perbekalan. Membuat sangat bersedih luar biasa tak terbayangkan. Kemudian dia mencarinya di sekitar istirahat pohon rindang. Seharian menghabiskan waktunya tak juga ditemukan. Sedang perutnya mulai menagih keroncongan. Akhirnya ia kembali ke tempat semula di pohon rindang. Tetapi alangkah gembiranya luar biasa tak terkirakan. Karena unta yang cari seharian penuh terus nongol sendirian. Begitu gembiranya sampai sang musafir salah ngomong. لااله الا انا فاعبدوني "Tidak ada Tuhan selain saya, maka sembalah aku sendirian". Untung diucapkan di bawah sadar karena kegembiraan. Sehingga dia tak tergolong kelompok musyrikin. Karena itu, ulama bertausiah, "Jika sedih jagalah ekilibrium". Sebaliknya jika gembira jangan pula berlebihan. Kisah musafir diatas kebetulan saya hadir ketika dikisahkan. Tak semua bisa diekilibrium karena ia termasuk pilihan. Amalan neraka atau surga adalah pilihan. Pilih amalan kefasikan atau amalan kebaikan. Beda jika diformulasi surga- neraka agar tak terlupakan. Kebaikan dan kesalahan harus diingat secara seimbang. Agar bisa selamanya mengamalkan kebaikan itu. Dan menghidari berbagai macam bisikan kejahatan. Bukankah sejak di SD guru sudah mengingatkan? Ingatlah duniamu seakan hidup dalam keabadian. Dan ingatlah akhiratmu seakan wafat sehari akan datang.
Wasalam, Kompleks GPM, 21 September 2024