Ada surat Jangka yang menunjukkan bahwa orang-orang zaman dahulu menghindari terjadinya perceraian meskipun mereka menelan kepahitan dari istri mereka, tentu selama tidak sampai pada batas terjadinya pembunuhan, yaitu surat yang dikirimkan Menteri Thayvib bin al-Yamini” kepada seorang pedagang yang bernama Muhammad Banis, tertanggal 28 Dzulqodah 1225 H/ 29 Juni 1859 M. Dalam surat itu, Menteri &, Thayyib mengatakan kepada Muhammad Banis:
“Yang terhormat, Tuan Haji Muhammad bin & Madani Banis, semoga Allah senantiasa melindungi Anda, Semoga keselamatan, rahmat, dan pertolongan Allah Swt tercurahkan kepada Anda. Surat al-Fagih Sayyidi al-Arabi bin al-Mukhtar sampai kepada Anda, yang berisikan pahwa 'Haji Banis di sini mempergundik seorang perempuan dan dia tidak ceroboh. Saya khawatir selama ia menikmati pergundikannya, istrinya betul-betul akan menyembelihnya'"
"Oleh karena itu, kami menyarankan Anda agar Anda menyembunyikan pergundikan tersebut Anda jangan mengabarkannya kecuali kepada tetangga Anda dar sepupu-sepupu Anda, Mereka akan menyembunyikan pergundikan tersebut dan jangan sampai kabarnya tersias kepada istri Anda kecuali pada saat yang tepat. Jika dia sudah mendengarkan kabar tersebut, maka tangkaplah dia untuk melindungi nyawa Anda. Sebab, kenekatan perempuan Fes tidak bisa ditandingi perempuan daerah lain. Ini mengerikan. Ketika perempuan berencana menyembelih suaminya, ia harus memiliki keberanian yang tinggi. Tetapi keberanian perempuan tidak akan sampai pada batas pembunuhan. Mungkin hanya sampai pada batas menggigit, mengikat, dan memukul. Ini lebih ringan. Saya berdoa kepada Allah SWT agar dia hanya memukuli atau menakut-nakuti Anda saja. Adapun mengikat dan menggigit akan membekas pada diri Anda dan orang-orang akan mengetahuinya Hormat dan Salam."
Mengagumkan, betapa di surat itu tidak disebutkan sama sekali kalimat talak, meskipun hanya sekali, padahal ancaman istri kepada suaminya lantaran kecemburuannya "adalah sesuatu yang berbahaya dan penganiayaan yang tidak remeh. Menteri al-Thayyib dalam kertas itu hanya “memberikan saran untuk merahasiakan kabar, melindungi nyawa, dan bersabar menghadapi intimidasi berupa pukulan, ancaman, dan lain-lain. Dikutip dari kitab Shafahat min Akhbar al-Anbiya wal-Ulama...