Gambar ”SUKSES TANPA KORBAN: Meraih Puncak Tanpa Melukai”


Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri…Mengapa sebagian orang merasa harus menginjak orang lain untuk bisa berdiri lebih tinggi?


Mengapa ada yang tega mengorbankan rekan, saudara, bahkan sahabatnya demi sepotong pencapaian dunia yang belum tentu langgeng?


Mengapa kita semakin sering melihat orang memanjat tangga sukses bukan dengan kerja keras dan kejujuran, melainkan dengan tipu daya, pencitraan semu, dan manipulasi keadaan?


Pernahkah kita merenung dalam diam, apakah jalan yang kita tempuh untuk mencapai puncak telah melukai banyak hati yang tertinggal di belakang kita?


Adakah keberhasilan yang kita banggakan hari ini adalah istana yang dibangun dari reruntuhan kepercayaan, pengkhianatan, dan airmata orang lain?


Atau jangan-jangan... kita sedang tersesat dalam dunia yang membuat keberhasilan lebih penting dari kejujuran?


Atau jangan-jangan menurut kita pencapaian lebih agung daripada keadilan, dan ambisi lebih mulia dari empati?


Di Tengah Dunia yang Berlomba Tanpa Rasa


Kita hidup di zaman ketika kompetisi tak hanya terjadi di ruang kerja, tapi juga di meja makan keluarga.


Ketika status sosial lebih dihormati daripada integritas, dan suara yang paling keras lebih didengar daripada suara hati yang paling jujur.


Kita hidup di tengah dunia yang seringkali menggoda kita untuk menjadi cerdas tapi licik, sukses tapi culas, terkenal tapi kosong dari makna.


Padahal, Islam datang tidak hanya untuk mengajarkan bagaimana mencapai kemenangan, tetapi bagaimana mencapainya tanpa menyakiti dan merusak.


Bahkan Rasulullah SAW. mengajarkan bahwa jalan ke puncak bukan diisi dengan penaklukan egois, melainkan dengan pelayanan tulus dan keteladanan yang memikat jiwa.

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ"

“Sesungguhnya Allah menetapkan berbuat baik pada segala sesuatu.” (HR. Muslim)


Keberhasilan Sejati: Terang yang Tidak Membakar


Keberhasilan sejati bukanlah cahaya yang menyilaukan orang lain hingga tak bisa melihat, melainkan cahaya yang menerangi jalan bersama.


Keberhasilan sejati lahir dari kerja keras yang tidak menabrak moralitas, dari perjuangan yang tidak merampas hak sesama, dari ketekunan yang tidak didorong oleh spekulasi gelap, dan dari kesungguhan yang tidak menjadikan orang lain sekadar “alat” untuk sampai ke tujuan pribadi.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

“Katakanlah: Bekerjalah kalian, maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian.”(QS. At-Taubah [9]: 105)


Umar bin Abdul Aziz: Cahaya di Tengah Gelap Ambisi


Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah, ia tidak menyambutnya dengan pesta kekuasaan, tetapi dengan tangisan tanggung jawab. 


Beliau menolak kemewahan, menolak pengkultusan, bahkan mengembalikan kekayaan negara yang dinikmati keluarganya. 


Beliau tahu, kesuksesan sejati bukan tentang siapa yang bisa dia kalahkan, tapi siapa yang bisa ia sejahterakan.

قَالَ الحَسَنُ البَصْرِي: "ما أعلمُ خليفةً عادلاً غيرَ عمرَ بن عبدِ العزيزِ"

“Aku tidak mengetahui khalifah yang paling adil selain Umar bin Abdul Aziz.”


Bisnis yang Berkah Tanpa Eksploitasi


Sungguh indah jika seseorang sukses dalam usahanya tanpa menipu, tanpa markup harga curang, tanpa menyembunyikan cacat barang, tanpa eksploitasi. Ia tahu bahwa yang ia cari bukan hanya cuan, tetapi keberkahan.

رَحِمَ اللهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ، وَإِذَا اشْتَرَى، وَإِذَا اقْتَضَى

“Semoga Allah merahmati orang yang bersikap lembut ketika menjual, membeli, dan menagih haknya.”(HR. Bukhari)


Menjaga Rahasia: Jalan Menuju Ketenangan Jiwa


Seringkali keberhasilan yang kita raih mengantar kita dekat dengan banyak orang dan banyak rahasia. 


Tapi orang yang berjiwa besar tidak menyebar apa yang ia tahu. Ia menjaganya, seperti menjaga mahkota kepercayaan.

إِذَا حَدَّثَكَ الرَّجُلُ بِحَدِيثٍ، فَالْتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ

“Jika seseorang berbicara kepadamu lalu menoleh (agar tidak didengar orang lain), maka itu adalah amanah (rahasia).”

(HR. Abu Dawud)


Ia tahu bahwa menjaga rahasia bukan hanya menjaga informasi, tetapi menjaga harga diri, kehormatan, dan martabat manusia.


Bekerja Bukan untuk Menang Sendiri, tapi Menang Bersama


Sungguh mulia orang yang naik ke puncak keberhasilan tidak dengan mendorong orang lain jatuh, tapi dengan membangun tangga bersama.


Sungguh agung mereka yang meraih posisi, panggung, jabatan, atau kekayaan dengan cara-cara yang profesional, proporsional, dan penuh pertanggungjawaban.


Bukan dengan pencitraan murahan, bukan dengan janji politik kosong, bukan dengan propaganda penuh retorika.


Puncak yang Tidak Membutakan, Tapi Menerangi


Sukses sejati bukan ketika orang bertepuk tangan untuk kita, tapi ketika kita mampu tidur nyenyak karena tahu dan sadar bahwa , 

Tidak ada hak orang lain yang kita rampas, Tidak ada hati yang kita lukai, Tidak ada sistem yang kita rusak, Tidak ada janji yang kita khianati, Tidak ada rahasia yang kita sebarkan hanya demi popularitas.

سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ"

“Siapakah manusia terbaik, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ‘Orang yang hatinya bersih dan lisannya jujur.’”(HR. Ibn Majah)


Maka pada akhirnya, mari  kita tanamkan dalam diri... bahwa keberhasilan sejati bukan ketika kita lebih tinggi dari yang lain, tapi ketika kita bisa membantu orang lain ikut naik, tanpa ada yang terinjak.


Bahwa puncak bukan untuk dikuasai sendiri, tapi untuk menjadi tempat menyebarkan cahaya.


Dan bahwa jalan menuju sukses, jika ditempuh dengan cara yang benar, tidak akan pernah membuat kita kehilangan damai.


Karena apa artinya berdiri di puncak... jika yang kita korbankan adalah nurani, amanah, dan cinta?


Doa Meraih Sukses Tanpa Korban


اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ نَجَاحًا يُنِيرُ وَلَا يُحْرِقُ، وَعُلُوًّا لَا يُسْقِطُ غَيْرَنَا، وَمَجْدًا لَا يُغَلِّفُهُ ظُلْمٌ أَوْ خِيَانَةٌ.


اللَّهُمَّ اجْعَلْ قُوَّتَنَا سَبَبًا لِرِفْعَةِ الْخَيْرِ، وَعِلْمَنَا طَرِيقًا لِلْهُدَى، وَنِيَّتَنَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ.


اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبَنَا مِنَ الْحَسَدِ، وَاللِّسَانَ مِنَ الْكَذِبِ، وَالْعَمَلَ مِنَ الْخُيَلَاءِ، وَاجْعَلْنَا مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ، مِغْلَاقًا لِلشَّرِّ.


اللَّهُمَّ رُدَّنَا إِلَيْكَ رَدًّا جَمِيلًا، وَارْزُقْنَا سُبُلَ النَّجَاحِ الَّتِي تُرْضِيكَ، وَاجْعَلْ خُطَانَا فِي سَبِيلِ الْمَوَدَّةِ وَالْعَدْلِ وَالْأَمَانَةِ.


اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنَا مِمَّنْ يَبْنُونَ نَجَاحَهُمْ فَوْقَ أَلَمِ الْآخَرِينَ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ إِذَا صَعِدُوا، رَفَعُوا مَعَهُمُ الْخُلُقَ وَالْأَحْبَابَ.


وَصَلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.



“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu keberhasilan yang menerangi tanpa membakar, ketinggian yang tidak menjatuhkan orang lain, dan kejayaan yang tidak dibalut oleh kezaliman atau pengkhianatan.


Ya Allah, jadikanlah kekuatan kami sebagai sebab terangkatnya kebaikan, ilmu kami sebagai jalan menuju petunjuk, dan niat kami tulus hanya kepada-Mu Yang Maha Mulia.


Ya Allah, sucikanlah hati kami dari iri dan dengki, lidah kami dari dusta, dan amal kami dari kesombongan. Jadikan kami pembuka pintu kebaikan dan penutup bagi segala keburukan.


Ya Allah, kembalikanlah kami kepada-Mu dengan cara yang indah. Karuniakan kepada kami jalan-jalan keberhasilan yang Engkau ridai. Tetapkan langkah kami di jalan cinta, keadilan, dan amanah.


Ya Allah, jangan Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang membangun keberhasilannya di atas derita orang lain. Jadikan kami orang-orang yang, ketika naik ke puncak, ikut mengangkat akhlak dan saudara-saudara mereka.


Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan para sahabat beliau seluruhnya.”


#Wallahu A’lam Bis-Sawab