Menyongsong Hari Santri Nasional yang ditetapkan Pemerintah tanggal 22 Oktober setiap Tahun, untuk mengenang dan menghargai peran besar para santri dan ulama dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Catatan ini diawali ketika menyaksikan sebuah lembaga Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Showatul Is’ad, terletak di Kabupaten Pangkep tidak jauh dari Kota Makassar.
Pesantren ini didirikan seorang tokoh dan cendekiawan juga seorang pengusaha sukses dan pemilik Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo Dr. K.H. Masrur Makmur La Tanro, S.S. M.Pd.I, kini sebagai Ketua Majelis Ulama (MUI) Bali. Pesantren ini memiliki Visi “Terwujudnya insan ulul albab (yang memiliki keseimbangan spiritual, intelektual dan moral) yang berkomitmen kepada kemajuan umat”. Prestasi Pesantren Showatul Is’ad di tahun ke-19 sejak berdirinya menempati urutan ke-2 di Sulawesi Selatan untuk lembaga pendidikan dengan tingkat kelulusan santri 84 persen yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri.
Terinspirasi oleh spirit pendidikan profetik di pesantren ini terdiri dari putra dan putri yang masing-masing memiliki kampus sendiri yang sangat asri dan menyejukkan, menerapkan antara lain dengan menggunakan pendekatan yang mencontoh karakter para Nabi untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui pendidikan, dakwah dan kepemimpinan.
Para pendidik di pesantren ini merupakan lulusan dari Timur Tengah yang memiliki komitmen dan berbagai keahlian di bidangnya masing-masing. Ketua Yayasan PPMI Showatul Is’ad Prof. Yusring Sanusi Baso, S.S., M.App. Ling., mengusung visi yang mulia ini secara optimal menggunakan manajemen berbasis digital, misalnya seluruh aktivitas pendidikan yang dilakukan para pendidik dan santri terpantau selama 24 jam mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali seluruhnya terpantau.
Para pendidik mengajarkan nilai-nilai luhur untuk membentuk karakter santri yang berani menyuarakan kebenaran di lingkungan sosial. Pesantren ini berkomitmen mengajarkan pengetahuan dan nilai-nilai luhur untuk membentuk akhlak dan moral, serta mendekatkan diri kepada Tuhan dan alam. Hal ini tercermin dengan hadirnya Musala Shafa Annisa untuk para santriwati yang dikelilingi dengan kolam air yang melambangkan proses tazkiyah (penyucian diri). Menjadikan kebaikan sebagai agenda utama dan menjadikan diri sebagai teladan dalam menolak segala bentuk kemungkaran sehingga tindakannya sejalan dengan ajaran agama.
Pesantren ini menggunakan metode yang meneladani nabi misalnya metode dialogis (hikmah) terinspirasi dari firman Allah: “Serulah (manusia) ke jaman Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pula yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl/16 : 125).
Orientasi pendidikan profetik memiliki dimensi ritus dan sosial sekaligus. Ritusnya ada pada praktik tauhid yang kaffah kepada Allah, sedangkan relevansi sosialnya adalah misi kekhalifahan sebagai khaira ummah. Konsep khaira ummah sebagai kontekstualisasi spirit pendidikan profetik sebagaimana yang dituntunkan Alquran: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia selama kamu menyuruh berbuat makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik” (QS. Ali Imran/3 : 110).
Ulul Albab yang menjadi visi besar pesantren ini bukan hanya bermakna orang yang berakal atau orang-orang yang berpikir. Ulul Albab bermakna mereka yang memiliki pemahaman dan mereka yang memiliki kebijaksanaan. Insan yang memiliki keseimbangan spiritual, intelektual dan moral yang berkomitmen kepada kemajuan umat. Selamat menyambut Hari Santri Nasional Rabu 22 Oktober 2025, semoga PPMI Showatul Is’ad senantiasa jaya selamanya, amiin. (*)
Alat AksesVisi