Pada tanggal 28 Oktober 2024, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan (PWNUSS) secara resmi dilantik oleh Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf, di Hotel Claro, Makassar. Momen ini memiliki makna yang sangat istimewa karena bertepatan dengan dua peristiwa nasional yang bersejarah: pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2024, serta peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2024. Perpaduan ketiga momen ini menegaskan pentingnya sinergi antara kepemimpinan nasional, gerakan pemuda, dan peran keagamaan Nahdlatul Ulama dalam mengawal arah bangsa menuju masa depan yang lebih baik.
Pelantikan PWNUSS 2024: Tonggak Kepemimpinan Keislaman yang Berkelanjutan
Pelantikan Pengurus Wilayah NU Sulawesi Selatan oleh K.H. Yahya Staquf menandai regenerasi kepemimpinan di tubuh NU pada level regional, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan yang memiliki sejarah panjang dalam peran keagamaan dan kebangsaan. Kiai Yahya Staquf, dalam berbagai kesempatan, selalu menegaskan bahwa NU harus terus menjadi garda terdepan dalam menjaga moderasi Islam dan kontribusi terhadap bangsa. Dalam bukunya Islam Nusantara untuk Peradaban (2020), Yahya Staquf menyoroti peran strategis NU dalam menjawab tantangan zaman dengan terus menjaga harmoni antara agama dan negara, sebuah tanggung jawab moral yang diwariskan dari para pendiri NU, seperti K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Wahid Hasyim.
Pelantikan ini juga menjadi momen penting bagi penguatan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, di mana NU berkomitmen untuk menjaga persatuan nasional dan berperan aktif dalam kehidupan berbangsa. K.H. Yahya Staquf menekankan, bahwa dalam era globalisasi dan disrupsi teknologi, NU harus mampu memadukan semangat kebangsaan dengan spiritualitas Islam yang inklusif, progresif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Relevansi Pelantikan PWNUSS dengan Pelantikan Presiden RI 2024
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2024 menjadi bagian dari konteks lebih luas dalam proses penguatan kepemimpinan nasional. Sinergi antara kepemimpinan politik dan keagamaan sangat diperlukan dalam menjaga stabilitas negara dan mengarahkan visi Indonesia ke depan. Di sinilah peran NU, sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, menjadi sangat signifikan.
Ulama-ulama NU, seperti K.H. Ma’ruf Amin, dalam bukunya Peran Ulama dalam Kepemimpinan Bangsa (2015), menekankan bahwa hubungan antara kepemimpinan politik dan ulama harus bersifat sinergis. Ulama tidak hanya berfungsi sebagai pemberi nasihat moral kepada pemimpin politik, tetapi juga sebagai penjaga moralitas bangsa. Dengan dilantiknya pengurus PWNUSS, harapannya adalah pengurus baru ini dapat terus membangun jembatan antara kebijakan nasional dan kepentingan umat, terutama dalam menjaga stabilitas sosial-politik di Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu provinsi penting dalam peta politik nasional.
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI yang baru membawa harapan besar bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan santri dan pesantren yang merupakan basis kekuatan NU. Dalam kaitannya dengan NU, pemimpin yang baru dilantik diharapkan mampu membawa kebijakan yang berpihak pada peningkatan kualitas pendidikan keagamaan dan kesejahteraan umat. Azyumardi Azra, dalam Islam dan Politik di Indonesia (2006), menegaskan, bahwa NU sebagai kekuatan civil society harus terus mendorong kepemimpinan politik agar berpihak pada agenda-agenda pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Peringatan Sumpah Pemuda 2024: Relevansi Bagi Pemuda NU
Berbarengan dengan pelantikan PWNUSS, peringatan Sumpah Pemuda 2024 juga menjadi pengingat tentang pentingnya peran pemuda dalam sejarah dan masa depan bangsa. Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada tahun 1928 menjadi salah satu fondasi utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam sumpah tersebut, yakni: satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, masih sangat relevan dalam konteks Indonesia saat ini, terutama bagi kalangan muda NU.
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dalam Pemuda NU dan Tantangan Zaman (2007), menekankan, bahwa pemuda NU harus menjadi agen perubahan yang progresif dalam masyarakat. Mereka harus mampu menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya memahami nilai-nilai keagamaan, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Dalam konteks pelantikan PWNUSS, generasi muda NU di Sulawesi Selatan diharapkan dapat mengambil peran lebih aktif dalam menjaga persatuan dan kerukunan di tengah masyarakat yang multikultural dan multireligius.
Selain itu, pelantikan PWNUSS yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda juga menegaskan bahwa regenerasi kepemimpinan NU harus terus melibatkan kaum muda. Pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda menjadi krusial agar mereka siap memegang estafet kepemimpinan NU di masa depan. Zamakhsyari Dhofier, dalam Tradisi Pesantren dan Pandangan Hidup Kyai (1999), menjelaskan, bahwa pesantren, sebagai pusat pendidikan dan pembinaan karakter pemuda NU, memiliki peran vital dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan dan spiritualitas yang harmonis.
Sinergi Ulama, Pemuda, dan Kepemimpinan Nasional: Sebuah Refleksi
Perpaduan antara pelantikan pengurus PWNUSS, peringatan Sumpah Pemuda, dan pelantikan Presiden RI 2024 membawa pesan yang sangat kuat: pentingnya sinergi antara kepemimpinan politik, ulama, dan pemuda dalam membangun bangsa yang lebih baik. Ulama NU memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga moralitas dan moderasi Islam di Indonesia. K.H. Hasyim Asy'ari dalam Risalah Ahlussunnah Wal Jama'ah (1916) menegaskan, bahwa seorang Muslim harus mampu menyeimbangkan antara loyalitas kepada agama dan cinta tanah air. Prinsip ini tetap dijaga oleh NU hingga saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan modernisasi dan radikalisasi.
Ulama-ulama, seperti KH. Wahid Hasyim dan Gus Dur juga menekankan pentingnya peran pemuda dalam mempertahankan dan memperjuangkan nilai-nilai Pancasila. Dalam konteks pelantikan PWNUSS, pesan ini menjadi semakin penting karena generasi muda NU di Sulawesi Selatan akan menjadi garda depan dalam menjaga persatuan dan kerukunan di wilayah mereka.
Berdasarkan hal di ayas, maka Pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan pada 28 Oktober 2024 menjadi momen bersejarah yang tidak hanya menandai regenerasi kepemimpinan NU di tingkat regional, tetapi juga mempertegas sinergi antara gerakan keislaman, kepemimpinan nasional, dan semangat kebangsaan. Dengan bertepatan pada Hari Sumpah Pemuda dan setelah pelantikan Presiden RI, pelantikan ini memiliki makna yang sangat dalam bagi perjalanan bangsa Indonesia ke depan.
NU sebagai organisasi Islam yang moderat, memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas sosial-politik bangsa. Melalui sinergi antara ulama, pemuda, dan pemimpin politik, diharapkan Indonesia dapat menghadapi berbagai tantangan global dengan tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang kokoh. Pelantikan ini bukan hanya simbol seremonial, tetapi merupakan bagian dari proses panjang penguatan kepemimpinan yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik di masa depan. Baldatun Tayyibatun wa Rabuun Ghafûr
Paccinongang, Ahad, 28 Oktober 2024