Sa’I: Pencarian Cinta yang Tak Pernah Diam.
اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ “Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui.” Sa’I adalah bagian dari ibadah haji dan umrah, yang dilakukan dengan cara berlari-lari kecil sebanyak 7 kali antara bukit shafa dan Marwah. Sa’I dilakukan setelah tawaf. Sa’I dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah. Shafa menggambarkan maqam kemurnian fitrah manusia, yaitu kondisi ketika jiwa seseorang berada dalam keadaan yang bersih dan alami, tanpa pengaruh duniawi yang mengotori. Di sisi lain, Marwah melambangkan maqam hasrat manusia, tempat di mana keinginan dan dorongan hati diuji. Hasrat ini merupakan bagian dari perjalanan spiritual yang lebih tinggi, tetapi masih berhubungan dengan duniawi. Berlari antara kedua bukit ini, Shafa dan Marwah, menggambarkan gerakan batin seorang hamba yang bergerak dari keadaan kemurnian fitrah menuju ujian hasrat yang muncul dalam perjalanan hidupnya. Setelah melewati ujian tersebut, dia kembali kepada kejernihan hati, yang lebih kuat dan lebih murni, siap menyambut kedekatannya dengan Sang Pencipta. Sa’i adalah simbol dari perjalanan seorang hamba yang sungguh-sungguh mencari Tuhannya. Dalam cinta, mencari adalah keniscayaan, karena cinta yang sejati selalu menggerakkan hati untuk mendekat. Seorang pecinta tak akan pernah berhenti mencari, meskipun belum tahu kapan akan bertemu. Begitulah cinta yang digerakkan oleh keyakinan. Ketika Siti Hajar berlari dari Shafa ke Marwah, yang menggerakkannya bukan hanya rasa cemas terhadap kehausan sang bayi, tapi juga cinta yang mendalam kepada janji Tuhannya. Ia tidak duduk diam menunggu keajaiban turun dari langit, melainkan bangkit dan bergerak, mengerahkan seluruh daya untuk mencari pertolongan. Dari langkah itulah, Allah hadirkan air dari arah yang tak pernah ia sangka. Sa’i menjadi pelajaran abadi bahwa dalam mencintai Allah, kita harus terus berjalan dengan rindu, melangkah dengan harap, dan tak berhenti meski hasil belum tampak di depan mata. Bukan karena kita tahu kapan pertolongan akan datang, tapi karena kita yakin—janji Allah itu pasti, dan setiap langkah tulus di jalan-Nya tak akan pernah sia-sia. Air zamzam tidak memancar dari arah Siti Hajar berlari. Bukan dari bukit Shafa yang ditinggalkannya, bukan pula dari Marwah yang sedang ditujunya, dan bukan di Tengah jalan antara keduanya. Tapi dari bawah kaki Ismail—bayi mungil yang terbaring tak berdaya. Ini Pelajaran. Sering kali, buah dari kesungguhan dan doa kita tidak muncul dari arah yang kita perhitungkan. Allah menjawab harapan bukan selalu dari jalan usaha yang tampak, tapi dari sisi-sisi tak terduga yang tersembunyi dalam rencana-Nya. وَمَنْ يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Dia akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka." (QS. At-Talaq: 2–3) Orang yang bersa’i tidak hanya menggerakkan tubuhnya, tapi juga menggugah jiwanya. Ia berlari bukan karena tahu pasti di mana pertolongan itu akan datang, tapi karena yakin bahwa Allah tidak akan mengecewakan hamba yang sungguh-sungguh mencari. Ia mungkin tidak tahu bentuk akhir jawabannya, tapi ia tahu bahwa langkah yang disertai ikhlas dan tawakal tidak akan sia-sia. Sa’I adalah perjalanan jiwa antara harap dan yakin, antara jerih payah dan rahmat-Nya. Ibadah sa’i mengajarkan kepada kita bahwa cinta sejati kepada Allah tidak mengenal diam. Pencinta sejati tak hanya berdoa di Shafa, tapi juga terus mencari ke Marwah. Sa’i adalah pelajaran tentang keistiqamahan, tentang zikir dalam pencarian, dan tentang betapa rahmat Allah datang kepada siapa yang sungguh-sungguh mencarinya.
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. Sa’i adalah perjalanan jiwa, perjalanan hati yang penuh kerinduan dan harapan. Jangan hanya fokus pada bilangan setiap putaran yang kita lakukan, sebab yang terpenting adalah seberapa tulus kita berusaha dan berharap. Sa’i bukan hanya tentang mengejar tujuan yang tampak di depan mata, tetapi tentang menemukan kedamaian dan ketenangan dalam setiap langkah yang kita ambil. Dan seperti Siti Hajar yang terus berlari meski belum tahu pasti hasilnya, kita pun diingatkan untuk tidak berhenti berusaha. Ketulusan dan tawakkal serta istiqamah akan selalu mendekatkan kita kepadaNya. (Tamangapa, Grand Aroeppala).