Gambar ”SERBA SALAH: Haruskah Diam atau Bereaksi ?”


Ada ungkapan yang mengatakan “Serba salah menjadi Orang Susah, Tapi Lebih Susah menjadi Orang Serba Salah.”


Pernahkah engkau merasa menjadi diri sendiri pun serba salah?


Berjalan terlalu cepat, kau dituduh meninggalkan. Diam terlalu lama, kau dianggap tak peduli. Berbicara apa adanya, mereka bilang tak tahu adab.Menjaga tutur, mereka bilang kau menyembunyikan sesuatu.


Apakah salah bila ingin dipahami?

Apakah keliru bila mencoba menyeimbangkan semua rasa?


Di tengah dunia yang terus menuntut, kadang kita kehilangan arah bukan karena tak tahu tujuan,  tetapi karena terlalu banyak suara yang menarik kita ke arah berbeda

dan semua berharap kita menyenangkan mereka.


Lalu, siapa yang akan menyenangkan kita?


Pernahkah kau merasa harus mengiyakan sesuatu yang kau tahu salah, hanya karena semua orang melakukannya?


Pernahkah kau diam, padahal hatimu menolak, hanya karena takut dicemooh sebagai berbeda?


Berapa kali kita menertawakan yang benar demi dianggap seru dalam pergaulan?


Dan berapa banyak pilihan hidup yang kita ambil bukan karena benar, tapi karena takut tak disukai?


Mengapa dalam dunia yang katanya menghargai keberagaman, justru kita sering dipaksa seragam?


Mengapa suara mayoritas kerap menjadi patokan benar dan salah, padahal kebenaran tak pernah bergantung pada jumlah?


Di tengah realitas sosial yang penuh tekanan, kita hidup dalam budaya 'asal ramai', ‘asal viral',

'asal diterima'. Namun… benarkah arah keramaian selalu menuju kebenaran?


Allah SWT. mengingatkan dengan tegas:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ﴾

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”

(QS. Al-An‘ām: 116)


Ayat ini membongkar realitas paling pahit; Bahwa mayoritas tak selalu menuju cahaya.Bahwa jumlah tak selalu menjamin kebenaran. 


Dan bahwa jalan sunyi, yang penuh pertimbangan, kejujuran, dan keimanan, kadang memang tidak ramai, bahkan sepi.


Maka jangan heran…Jika menjadi orang yang berpikir sendiri, kau dianggap arogan.Jika menjaga prinsip, kau dituduh fanatik.

Jika berkata “tidak” pada yang keliru, kau dibenci, dijauhi, bahkan difitnah.


Tapi apakah kebenaran harus ditukar demi rasa aman sosial?


Apakah prinsip harus dikorbankan demi persahabatan semu?


Nabi SAWZ pernah bersabda:


مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ، وَكَلَهُ اللهُ إِلَي النَّاسِ، وَمَنْ أَرْضَى اللهَ بِسَخَطِ النَّاسِ، كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ

“Barangsiapa mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkannya kepada manusia. Dan barangsiapa mencari ridha Allah meski membuat manusia murka, maka Allah akan mencukupinya dari beban manusia.”(HR. Tirmidzi, no. 2414)


Inilah pelajaran agung, Bahwa keberanian untuk berbeda demi kebenaran adalah bentuk tertinggi dari integritas spiritual.


Serba Salah dalam Lembah Perasaan dan Persaudaraan


Serba salah bukan hanya soal ketidaktegasan, tetapi karena terlalu banyak pertimbangan:

perasaan orang tua,ikatan darah yang tak ingin rusak,sahabat lama yang rapuh jika dibantah,atau sekadar menjaga suasana agar tidak meledak.


Di titik ini, kita seolah berdiri di ujung tebing. Jika melompat, kita takut jatuh. Jika mundur, kita takut kehilangan kepercayaan. Jika bertahan, kita bisa tercabik dalam diam.


Inilah wajah sunyi dari orang serba salah


jiwa-jiwa yang peka, yang berpikir sebelum bertindak,dan seringkali terlalu memikirkan orang lain hingga lupa bernapas untuk dirinya sendiri.


Allah  SWT. telah mengingatkan bahwa bahkan Rasulullah SAW. pun tidak dapat menyenangkan semua orang:

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ. لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ﴾

"Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.

Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka."

(QS. Al-Ghasyiyah: 21–22)


Ini bukan pembenaran untuk mengabaikan orang lain, tapi pengingat bahwa tak semua harus kita tanggung.


Kita bukan penyelamat dunia,

dan tidak berdosa karena tidak bisa menyelamatkan semua hati yang retak. 


Imam Al-Ghazali pernah berkata dan mengingatkan:

“الناس في رضاهم غايات لا تُدرك، فمن أراد رضاهم جميعاً خسر نفسه"

“Manusia dalam ridhanya adalah tujuan-tujuan yang tak mungkin semuanya dicapai.

Siapa yang ingin meraih ridha semua orang, niscaya ia akan kehilangan dirinya sendiri.”


Maka berhentilah memikul beban yang bukan milikmu.Menjaga perasaan dan persaudaraan itu penting. Tapi jangan sampai cinta itu melumpuhkan logika dan menghapus kebenaran.


Seringkali, benturan yang kita takuti tidak akan sekeras yang kita bayangka Justru, ketika kita jujur, kelegaan akan hadir.


Dan siapa yang benar-benar mencintaimu, akan memahami bahwa diam kadang lebih menyakitkan daripada kata yang jujur.


Saat Semua Terasa Salah, Peganglah Satu yang Pasti Benar


Jika dunia membuatmu bingung,

jika keluarga menuntut dua hal yang bertolak belakang,jika sahabat terbelah, dan dirimu terkoyak,maka arahkan wajahmu ke arah langit.


Kau tak harus menjelaskan segalanya. Kau tak wajib memenuhi semua harapan. Cukuplah kau bertanya dalam sujudmu:


Ya Allah, apa yang Engkau ridai dari setiap langkahku hari ini?”


Jika jawaban itu jernih,jika hatimu damai dalam takwa,maka biarlah dunia menilaimu serba salah.


Karena di akhirat kelak, kau tak akan ditanya:

“Berapa banyak orang yang kau buat senang?”. Tapi akan ditanya:

“Seberapa jauh engkau berjuang untuk-Ku?”


Wahai jiwa yang serba salah…

Engkau bukan lemah, engkau hanya terlalu lembut di dunia yang terlalu bising.


Dan mungkin… itulah caramu menjaga cahaya, agar tak padam di tengah malam dunia yang dingin.


اللّهُمَّ أَرِنِي الحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنِي اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنِي البَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنِي اجْتِنَابَهُ


“Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan anugerahkanlah kepadaku kemampuan untuk mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepadaku kebatilan sebagai kebatilan, dan anugerahkanlah kepadaku kekuatan untuk menjauhinya.”


#Wallahu A’lam Bis-Sawab