Gambar SEPENNGGAL PENGALAMAN

Semenjak saya memposting postingan guru saya, indera, akal, dan hati, banyak di antara teman yang mempertanyakan, itu kan bisa bekerja sama tanpa harus memisah-misahkan satu  di antara ketiganya. Karena, ia berada di dalam tubuh yang sama. Itu betul, meski ada juga porsi tertentu di antaranya yang harus dipisah. Misalnya, kalau ada kelompok tertentu yang mengharamkan filsafat, tasawuf, dan sebagainya. Atau, bisa juga fatal akibat penggunaan yang berlebih. Contoh kecil, sebagai berikut:

Suatu ketika, ada seseorang yang bertanya kepada Prof. Quraish Shihab. 
"Kenapa Bapak terlambat menikah? Apa karena larut dalam menuntut ilmu, atau karena hal lainnya?"
(Sebagaimana kita tahu, Pak Quraish menikah di umur 30-an, pasnya kalau tidak salah umur 35 tahun).
Jawab Pak Quraish, "Bukan, bukan karena menuntut ilmu, tapi karena hal lainnya."
"Apa hal lainnya itu Prof.?" Kejar si penanya penasaran.
Jawab Pak Quraish, "Tepatnya karena saya terlalu milih-milih dan banyak pertimbangan. Bukan hanya karena agamanya semata, tapi juga selain itu, nasabnya, pribadinya, kecerdasannya, kecantikannya, kampungnya, sukunya, dan sebagainya." Semuanya masuk dalam pertimbangan akal saya sebagai seorang pemuda waktu itu. 

Lantas seorang Kyai pernah memberikan nasehatnya. "Nak, kalau ananda ingin cari jodoh, jangan pakai akal, tapi gunakanlah rasamu. Rasamu akan menunjukimu jodoh yang tepat dan pas bagimu. Rasamu akan menyatukanmu, sedang akalmu malah akan semakin membuatmu berjarak, semakin jauh dari jodoh yang kau cari. Karena di mata akal, tidak ada seorang perempuan pun yang sempurna tanpa ada kurangnya. Semua punya kekurangan. Kitalah nanti yang menyempurnakannya. Kekurangan yang ada di masing-masing pihak, akan disempurnakan oleh kelebihan masing-masing pasangan." 
(Memang dalam epistemologi, sesuatu yang kita pikirkan, pasti berjarak dari kita, tapi sesuatu yang kita sayangi (kerja rasa) membuat kita menyatu dengannya).

Tentu saja dan di atas segalanya, rasa itu tetap mutlak harus disandarkan kepada Sang Pemilik rasa itu sendiri, lewat doa dan istikharah, agar segalanya jadi lebih mantap, meyakinkan, dan tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.

Mungkin para jomblo bisa belajar dari pengalaman beliau ini