Ini adalah tanggapan terhadap tulisan misteri angka 19 dari seorang mursyid/guru tharekat beberapa hari yang lalu. Saya selalu menyukai tanggapan seperti ini karena ia selalu memberikan perspektif yang berbeda. Karena agak panjang, tulisan ini saya bagi ke dalam 2 bagian. Silahkan dinikmati...
Di dalam hidup saya selama ini, sebuah kata atau kalimat dalam aksara arab yang sangat suka saya tulis dan sangat sering saya menuliskannya adalah : "Bismillàhir Rahmànir Rahìmi".
Sejak saya berumur 17 tahun (Th. 1977), aba saya telah meluruskan saya dalam cara penulisan "Bismillàhir Rahmànir Rahìmi"
Kata aba saya Habib Faqih Hàsjim bin Husein Bin Thàhir : Rais..., engkau harus ingat bahwa, penulisan "bismillàhir rahmànir rahìmi" itu harus ada "Alif" nya, jika engkau menulisnya tanpa ada Alif-nya, maka "kosonglah" bismillàh itu dari natijahnya, karena Alif itu telah menjadi nyawa dari bismillàh yang engkau tulis, sehingga harus ditambahkan huruf Alif pada bismillàh.
Selanjutnya beliau menjelaskan :
Huruf Alif dalam aksara arab, tidak dapat disambungkan dengan huruf lain jika kedudukan alif-nya dibagian depan, jika kedudukannya setelah huruf lain, maka bisa disambungkan, KECUALI pada kalimat "Bismillàh" saja yang huruf Alif-nya bersambung di bagian depan.
Menurut beliau, seseorang yang memahami dan sekaligus memiliki keilmuan hakikat ketuhanan, maka saat ia menuliskan "Bismillàh" , ia akan panjangkan garis pertama sehingga menyerupai huruf LAM yang kemudian titik BA, padahal yang dimaksudkan itu adalah ALIF bukan LAM. Jika tanpa alif, maka kunci angka 19 tidak tuntas dibuktikan.
Titik yang berada di bawahnya yang selama ini disangka "titik huruf ba" adalah keliru, karena titik tersebut bukannya titik "huruf ba", tapi TITIK BA. Berbeda antara "TITIK HURUF BA" dengan "TITIK BA". kalau TITIK HURUF BA adalah titik kepunyaan HURUF BA, tapi kalau TITIK BA adalah titik kepunyaannya HURUF ALIF yang bersambung di depan bismillàh yang terbacanya " bi " bisa terbaca alif-nya, karena ALIF itulah yang "sedang" membacanya.
"titik ba" adalah titik di bawahnya huruf alif, jika sengaja dipisahkan dari huruf selanjutnya, maka akan nampak jelas huruf alif & titik di bawahnya. Jika dibawakan kedalam kaedah penulisan tanda baca, maka huruf alif & titik di bawahnya terbaca sebagai "tanda seru". Menurut aba saya bahwa "tanda seru" adalah plesetan dari "Tanda Sirru", yaitu "tanda rahasia". Disebut tanda rahasia, karena alif & titik telah mengandungi isyarat rahasia dari pengertian secara keseluruhan yang dimaksudkan dengan Bismillàhir Rahmànir Rahìmi.
Pembedahannya seperti ini : Jika alif ada titik di bawahnya, maka bisa terbaca sebagai "tanda seru" (dalam kaedah bhs. Indonesia), padahal ia adalah "tanda sirru" , yaitu "tanda rahasia" bagi musafir di jalan Allàh.
Jika titik yang dibawahnya dipindahkan ke kanan huruf alif ( I• ), maka dalam kaedah aksara arab akan terbaca sebagai "angka sepuluh" (satu dan
Jika huruf alif adalah awal dari penulisan bismillàh, mengapa huruf alif itu tidak terbaca " i ", bahkan terbacanya " bi ". Bagaimana mungkin titik), dan titik itu sebenarnya adalah angka NOL.
1 & 0 adalah angka "sepuluh," artinya ada sepuluh (10) nilai di dalamnya. Jika 10 - 1 = 9, hal ini memberi pengertian kepada kita bahwa angka nol (0) dalam penulisan angka 10 adalah bernilai 9. Sehingga dalam bentuk penulisan lainnya dari angka 10 (1 & 0) adalah 1 & 9 (19). Itulahlah jawaban kunci Alquran dengan angka 19 dimaksud.
Rahasia dari "Alif & Titik-nya" yang telah berbunyi BI-smillàh -- bismillàh -- dengan nama Allàh.
Kata "bi" berarti "dengan", adalah suatu penjelasan tentang "penyertaan" pada "nama Allàh".
Nama Allàh adalah yang berhuruf "alif - lam - lam - ha" (ismu jalàlah) yaitu nama kebesaran-Nya, dan apakah yang "menyertai" nama Allàh itu, sesungguhnya yang menyertai nama Allàh adalah "alif & titik-nya" dalam rupa "fatha & tasdid" yang berada di atas "huruf Allàh".
"Fatha" yang berada di atas penulisan "nama Allàh" tidak boleh ditulis miring seperti penulisan fatha biasanya, tapi harus ditulis "tegak" karena IA adalah manifestasi dari "Alif awal" pada bismillàh. Sedangkan "tasdid" yang berada di bawah fatha tapi di atas penulisan nama Allàh, sesungguhnya adalah "titik ba" yang berbunyi "bi" di awal bismillàh.
Setelah perpindahan dari Alif & Titik mengikuti perintah kata "dengan" sebagai "penyertaan" kepada "nama Allàh" yang kemudian ia bertubadil membentuk "fatha & tasdid".
Bunyi dari "bismillàh" adalah semata-mata menjelaskan tentang "alif & titik" yang telah berubah bentuk menjadi "fahta & tasdid".
Alif & titik di bawahnya adalah "tanda seru" yang menjadi "tanda sirru" memiliki artian "tanda rahasia". Apa yang dirahasiakannya, yaitu angka 10 (benilai sepuluh), untuk difahami, maka angka 10 dibreakdown menjadi angka 1 & 0 , dan jika angka 10 - 1, maka tersisa 9, berarti angka 0 adalah angka 9 yang disembunyikan.
Sehingga jika ada tulisan angka 10, itu adalah angka 19, dari 19 itulah ia berubah menjadi Fatha adalah angka 1, Tasdid adalah angka 9.
1 = I (alif) fatha = bersifat maskulin = Ar Rahmàn 0 = • (titik) tasdid = bersifat feminin = Ar Rahìm
Itulah : Bismillàhi Rahmànir Rahìmi
Gowa, 21 Januari 2023