Gambar SEBUAH IBRAH

SEBUAH IBRAH 

Dalam suatu peperangan, Imam Ali ra. terlibat perang tanding dengan salah seorang jawara kaum musyrik. Ia berhasil mengungguli dan menjatuhkan lawannya. Ketika Imam Ali ra hendak membunuhnya, ia meludahi wajah beliau. Akhirnya, Imam Ali ra membebaskan dan meninggalkannya. 

Orang musyrik itu pun memandang aneh sikap Imam Ali dan bertanya, “Mengapa engkau tidak membunuhku?” Imam Ali ra menjawab, “Awalnya, aku ingin membunuhmu karena Allah. Namun, ketika engkau meludahiku, aku pun marah. Karena pengaruh nafsu telah menodai keikhlasanku, aku pun tidak jadi membunuhmu.” “Semestinya kelakuanku lebih memancing kemarahanmu sehingga engkau segera membunuhku. Jika agamamu begitu suci dan tulus, sudah pasti ia adalah agama yang benar,” ujar orang musyrik itu. 

Dalam peristiwa yang lain, seorang penguasa yang adil memecat seorang hakim ketika melihatnya marah saat melakukan eksekusi potong tangan terhadap pencuri. Jika hakim itu memotong tangan pencuri demi tegaknya syariat dan hukum Ilahi, maka ia seharusnya menunjukkan rasa kasihan terhadapnya dan memotong tangannya tanpa menunjukkan kemarahan dan kasih sayang. Karena nafsu mempunyai andil dalam keputusan tersebut, sementara nafsu menafikan kemurnian keadilan, sang hakim pun dicopot dari jabatannya.

Said Nursi, Al-Maktûbât, hlm. 452