Gambar Roasting Ramadhan: Mengukur Keikhlasan  09 Ramadhan 1445 H

Alhamdulillah sudah masuk 9 ramadhan.
Semangat berbagi pada bulan ramadhan ini sangat besar. Jika kita perhatikan nominal sumbangan yang masuk disetiap Masjid sepertinya 10 kali lebih besar dibandingkan diluar ramadhan. Bagaimana tidak, Jangankan orang yang masih hidup, bahkan orang yang sudah meninggal pun ikut menyumbang.  Banyak anak sholeh sholeha yang menyumbang atas nama orang tuanya yang sudah meninggal. 

Model memberikan sumbangan ada yang secara terbuka menuliskan atau menyebutkan identitasnya dan ada yang tertutup menyembunyikan identitasnya misalkan hamba Allah atau tanpa nama. Pertanyaannya bagaimana mengukur keikhlasan? Apakah yang terbuka menyebutkan identitas otomatis tidak ikhlas dan riya? sedangkan yang menyembunyikan identitas sudah pasti ikhlas dan tidak riya? Sepertinya tidak sesederhana itu. 

Seseorang yang terang-terangan secara terbuka menyumbang kesannya bisa riya, tapi belum tentu. Boleh jadi mereka menyebutkan namanya untuk membantu transparansi panitia sehingga tidak muncul fitnah, atau mungkin untuk memberikan motivasi kepada orang lain untuk ikut menyumbang. 

Seseorang yang menyembunyikan identitasnya juga belum tentu ikhlas. Karena boleh jadi dia menyembunyikan namanya hanya karena malu sumbangannya sedikit.  Ataukan boleh jadi hanya karena ingin dikatakan ikhlas. Ingin dikatakan ikhlas berarti tidak ikhlas, karena masih sebatas  keinginan ataukah masih ada keinginan. 

Persoalan keikhlasan adalah persoalan rahasia yang hanya diketahui oleh diri sendiri dan Allah swt. Ikhlas itu adalah perkara hati, bukan caranya tapi niatnya. 

Selamat Berpuasa, semoga puasanya ikhlas
Jazakumullah Khairan Katsiran