Sejamaah manusia masuk menemui al-Syibli di dalam rumah sakit jiwa tempat ia ditahan dan saat itu al-Syibh telah mengumpulkan batu di depannya. Ia lalu bertanya, “Siapa kalian?”
Mereka menjawab, “Para pencintamu."
Al-Syibli lalu menghadap ke arah mereka sambil melempari mereka dengan batu. Mereka pun lari.
Al-Syiblt berkata, "Apa maksud kalian mangaku cinta kepadaku? Jika kalian benar mencintaiku|, sabarlah dengan balaku.”
Hikmah apakah yang mengalir dari kisah ini?
Dan, orang bijak macam apakah Abi Bakr al-Syibli yang sebagian orang tuduh gila?
Jika engkau mengaku tulus mencinta, bersabarlah dengan bala dari siapa yang kaucinta.
Ujian ketulusan cinta adalah kesabaran atas bala dari sang dicinta.
Ia berbicara tentang cinta murni yang tak tercemar sedikit pun oleh egoisme, sementara jamaah yang datang itu memaksudkan cinta yang dikenal oleh sebagian besar kita!
(Yaitu,) cinta yang merupakan bagian dari cinta diri sendiri.
Dan, pada gilirannya, menjadi pengutamaan diri sendiri atas yang dicintai.
Jika keburukan menimpa diri sendiri dengan sebab sang dicinta, segeralah ia lari dari sang dicinta, sebagaimana kelakuan para pencinta al-Syibli itu!
Ya Allah, sucikanlah kalbu kami dari cinta yang tercemari egoisme.
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Sufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit...