Gambar RASULULLAH DAN ISTERINYA

Penulis akan mengutip keterangan mengenai hal ini dalam kita Ihya “Ulam al-Din, karya Hujjat Al-Islam abu Hamid al-Ghazali RA. Beliau mengatakan dalam kitab Adab al-Nikah”, “Ketahuilah bahwa berakhlak baik kepada istri bukanlah dengan mencegahnya menyakitimu, akan tetapi dengan sabar menghadapi sikapnya yang menyakiti dan tetap santun menghadapi emosi dan marahnya. Akhlak ini mengikuti Rasulullah SAW. Istri-istri beliau ada yang pernah membantah beliau, dan ada juga yang pernah tidak menyapa beliau seharian.” 

“Umar RA juga pernah dibantah oleh istrinya, lalu beliau menghardik, 'Mengapa kau membantahku, bodoh?!”

“Istri beliau menjawab, *'Istri-istri Rasulullah SAW saja pernah membantah beliau dan jelas beliau lebih baik 
daripada kamu'.*

"Umar RA mengatakan, 'Hafshah celaka dan rugi jika ia membantah beliau."

"Kemudian 'Umar RA mengatakan kepada Hafshah, Janganlah kamu cemburu kepada putri Abu Quhafah. Dia itu kecintaan Rasulullah SAW” beliau mewanti-wanti Hafshah agar tidak membantah Rasulullah SAW." 
“Diriwayatkan bahwa salah satu istri Rasulullah SAw Peryah mendorong dada beliau, lalu ibunya melerainya Rasulullah SAW kemudian berkata, "Biarkanlah, sebah Istri-istriku melakukan sesuatu yang lebih besar dari hal tersebut."

"Pemah terjadi percekcokan antara Rasulullah Saw dan 'Aisyiah RA hingga beliau berdua menjadikan Abu Bakr RA sebagai hakim dan saksi. Lalu Rasulullah SAw berkata kepada “Aisyah RA, “Kamu dulu yang berbicara atau aku? "

“Aisyah RA menjawab, “Anda dulu yang berbicara Dan janganlah berbicara kecuali tentang kebenaran'.”

"Abu Bakr RA lantas menampar “Aisyah RA hingga bibirnya berdarah, dan mengatakan, “Hei perempuan yang memusuhi dirinya sendiri. Apakah beliau akan berkata selain kebenaran?!“

“Aisyah RA pun meminta perlindungan kepada Rasulullah SAW. Ia duduk berlindung di belakang beliau. Rasuluilah SAW kemudian berkata kepada Abu Bakr RA, 'Kami tidak memanggilmu untuk hal ini, dan kami tidak menghendaki kamu melakukan hal ini'.” 

“Pernah suatu kali, “Aisyah RA bicara marah di sisi Rasulullah SAW, “Anda menyangka bahwa Anda adalah seorang Nabi?!”

“Rasulullah SAW hanya tersenyum mendengarnya. Beliau menyikapinya dengan sabar, tabah, dan bijak.”

“Rasulullah SAW pernah berkata kepada 'Aisyah RA, Sesungguhnya aku mengetahui perbedaan ketika kamu parah dan senang',”

Aisyah bertanya, "Bagiamana caranya Anda mengetahuinya?"

Rasulullah SAW menjawab: 
Jika kau senang, maka kau akan berkata, “tidak demi tuhan Muhammad'. Dan jika kau marah, maka kau akan berkata, "tidak, demi Tuhan Ibrahim"

Aisyah RA berkata, 'Anda benar. Aku tidak akan  menyebut nama Anda'."” 

Jika istri-istrinya Rasulullah SAW saja, yang menjadi ummahat al-mu'minin (ibunda orang-orang beriman), sempurna, cerdas, dan terkemuka, pernah memarahi dan membantah seorang makhluk yang paling baik, Rasulullah SAW, yang dipuji keluhuran akhlaknya oleh, Alah SWT dalam Al-Ouran, maka bagaimana dengan sorang lelaki yang mendambakan dan memiliki kriteria isteri yang mempunyai akhlak dan sifat-sifat yang tidak mungkin ada kecuali pada bidadari-bidadari yang berdiam di mahligai surga? 
Dikutip dari kitab Shafahat min Akhbar al-Anbiya