Gambar Ramadhan dalam Lirik Seorang Sasterawan

Di balik selubung senja yang merangkul langit, terhampar sebuah perjalanan spiritual yang mengharukan. Ramadhan, bulan penuh berkah yang disambut dengan penuh keceriaan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, menjadi sebuah titik puncak keimanan dan ketakwaan. Dalam sorotan seorang sasterawan, bulan suci ini tak hanya sekadar masa untuk berpuasa, tetapi juga sebuah panggung kesadaran diri yang memperkuat ikatan batin dengan Sang Pencipta.

Dalam lirik-liriknya, sang sasterawan mengukir makna Ramadhan dengan kedalaman emosi dan kepekaan yang menggetarkan jiwa. Di antara bait-bait puisi dan nyanyian yang indah, kita temukan refleksi tentang pengorbanan, harapan, dan kebijaksanaan yang mengalir dalam aliran kehidupan.

Dalam bait pertama, gelapnya malam Ramadhan digambarkan sebagai sebuah perjalanan spiritual yang penuh dengan kerinduan akan cahaya Ilahi. Sang sasterawan membangkitkan nuansa kesunyian yang memeluk jiwa, menciptakan sebuah atmosfer yang memaksa untuk merenung.

Di malam sunyi Ramadhan,
Langit membisu dalam renungan,
Di antara gemerlap bintang,
Ku coba menemui Mu, ya Ilahi."

Dalam bait kedua, bulan yang bersinar di angkasa malam menjadi simbol harapan dan penyejuk jiwa bagi mereka yang tengah berjuang melawan kegelapan. Dengan kata-kata yang penuh makna, sang sasterawan menuntun kita untuk melihat bahwa di balik setiap tantangan, ada cahaya yang menyinari jalan kita.

Bulan Ramadhan, engkau saksi,
Bagi yang lelah dan terluka,
Engkau datang membawa pelita,
Menerangi lorong-lorong hati yang redup.

Dalam bait terakhir, kesucian dan keagungan Ramadhan tercermin melalui kebijaksanaan dan keberkahan yang terpancar dalam setiap momen. Sang sasterawan mengajak kita untuk merangkul kehadiran bulan suci ini dengan penuh rasa syukur dan penghormatan, karena di dalamnya terdapat rahmat dan ampunan yang melimpah.


Ramadhan, engkau bukan sekadar puasa,
Tetapi sebuah pelukan Ilahi,
Dalam setiap tarikan nafas,
Kita menemukan makna kehidupan yang sejati.

Dengan keindahan liriknya, sang sasterawan membawa kita dalam perjalanan yang membangkitkan kepekaan spiritual dan memperdalam penghayatan akan nilai-nilai agung Ramadhan. Melalui puisi dan lagu-lagunya, kita diajak untuk merenung, berintrospeksi, dan menggali makna yang lebih dalam dari setiap momen yang kita lewati dalam bulan suci ini.

Ramadhan bukanlah sekadar ritual, tetapi sebuah perjalanan batin yang membawa kita lebih dekat kepada Allah swt., dan sesama manusia. Dengan hati yang tulus dan penuh kesadaran, mari kita sambut bulan suci ini dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur.

Makassar, 31 Maret 2024