Gambar RAMADHAN 1443 dan PERUBAHAN (2). Kesombongan dan Rendah hati.

TIDAK akan masuk surga seseorang yg dalam hati dan perilakunya ada kesombongan, betapapun kecilnya.
Bahkan bau surga pun juga tidak akan bisa tercium olehnya. 
Begitu inti ceramah subuh di masjid depan rumah saya di Makassar. 
Rupanya itu adalah penegasan Rasulullah Muhammad SAW. yg dikutip oleh penceramah.
Lawan dari sifat sombong adalah “tawadhu”, rendah hati. 
Dijelaskan ada beberapa keadaan yang dapat menjadikan seseorang sombong. Pertama karena dia kaya, banyak hartanya. 
Kedua, karena dia terangkat jadi pejabat, atau punya posisi, seperti jadi ketua RT, ketua RW , Lurah, agt dpr atau dprd, Walikota , Menteri Kabinet, Rektor, Dekan, dsb.
Ketiga, karena punya gelar pendidikan yang tinggi, lalu merasa hanya dia saja yang pintar. 
Waspada. 
Bisa juga disini yang merasa diri Kiyai, karena orang lain selalu dianggap kurang pengetahuan dan rendah Ibadah nya.
Keempat karena dia merasa cantik atau ganteng. Kelima karena dia badannya kuat lalu jadi “petenteng”. Penulis mau tam bahkan satu, jadi keluarga atau orang dekat pejabat, atau yg lagi berkuasa, karena data ada begitu.
Semua penyebab diatas adalah hal yang sangat baik, hebat, terlebih kalau dibarengi dengan perilaku tawadhu, rendah hati.
Saya tertarik mengikuti ceramah subuh ini, meskipun pembicaranya tidak bergelar doktor Professor, KIYAI atau AGH. Lalu saya berpikir tentu termasuk kategori sombong ini adalah mereka yg tidak ber perilaku adil, dan mereka yang tidak punya rasa sensitif terhadap penderitaan masyarakat, terutama di era Covid dan Pasca Covid, dewasa ini.
 RAMADHAN 1443 datang juga untuk PERUBAHAN ini, perubahan perilaku.
Silahkan jadi hebat segala prestasi atau pencapaian, tetapi harus tetap rendah hati. 
Tetapi memang adakah orang yang punya sifat sombong, tidak rendah hati, bahkan pendendam di kampus-kampus seperti UIN Alauddin, UNHAS, UNM, di kantor gubernur, di kantor Walikota ? Atau warga kelurahan, warga kota.
Semoga tidak Ada, karena tentu semua mendambakan surga setelah mati, terutama tentu penulis sendiri. Ya Allah Swt hindarkan daku dari sifat tercela ini betapa pun kecilnya.
Bersambung.
Insyaa ALLAH SWT.
Makassar,
9/4/2022.