Riwayat berikut dikutip dari kitab Miftahu Dar as-Sa'adah wa Mansyuru Walayat al-Ilmi karya Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah. Di riwayatkan dari Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya, dari Abu Hurairah RA, dia memarfu'kannya kepada Rasulullah SAW, dia berkata:

"Musa AS bertanya kepada Rabb-nya tentang enam perkara. Beliau menganggap yang enam perkara murni ada pada diri beliau, sedangkan yang ketujuh tidak beliau senangi. 

Musa bertanya, “Ya Rabbi, siapakah hamba-Mu yang paling bertakwa?"
Rabb menjawab, "Orang yang selalu ingat dan tidak lupa."

Musa bertanya, "Siapakah hamba-Mu yang paling lurus?"
Rabb menjawab, "Orang yang mengikuti petunjuk."

Musa bertanya, "Siapakah hamba-Mu yang paling layak menjadi hakim?"
Rabb menjawab, "Orang yang membuat keputusan bagi manusia seperti yang dia putuskan untuk dirinya." 

Musa bertanya, "Siapakah hamba-Mu yang paling mengetahui?"
Rabb menjawab, “Orang berilmu yang tidak pernah merasa kenyang terhadap ilmu, dia menyatukan ilmu manusia dengan ilmunya."

Musa bertanya, "Siapakah hamba-Mu yang paling perkasa?"
Rabb menjawab, "Orang yang memiliki kesanggupan namun dia memaafkan." 

Musa bertanya, "Siapakah hamba-Mu yang paling kaya?" 
Rabb menjawab, "Orang yang ridha terhadap apa yang diberikan kepadanya." 

Musa bertanya, "Siapakah hamba-Mu yang paling miskin?"
Rabb menjawab, "Orang yang selalu merasa kurang."

Di dalam hadits ini disebutkan tentang orang yang paling mengetahui, yaitu orang yang tidak pernah merasa kenyang terhadap ilmu dan menyatukan ilmu manusia dengan ilmunya, karena kerakusannya terhadap ilmu.