Masih perlukah jamaah mencium hajar aswad yang mengakibatkan terjadinya gesekan dorong dorongan antar jamaah, akan terjawab diakhir tulisan ini. Sekilas kita melihat hajar Aswad biasa saja, tak ada yang istimewa bahkan Umar bin Khatab pernah berkata andaikan Rasulullah tidak saya lihat menciummu ( Hajar Aswad ) maka saya tak sudi menciummu’ kata kata ini cukup membuat pikiran dan hati kita berdenyut. Suatu batu yang di kerumuni ribuan orang dan kemudian banyak orang mati matian berebut, bahkan main bayar algojo pembuka jalan agar bisa mencium sebongkah batu sehingga ada pendapat ekstrim dari luar Islam ternyata umat Islam juga menyemba dan mendewakan, mengsakralkan batu, tentu ini mendapat keliru. Pastilah mendapat bantahan dari umat Islam. Semua yang datang ke masjidil haram punya keinginan mencium hajar aswad. Lalu dimana rahasianya, keajaibannya sehingga begitu misteri jadi rebutan ? Yang pasti tempat tersebut di nilai oleh kaum muslimin tempat mustajab untuk berdoa. Namun bisa juga kita mengacu pada pesan Rasulullah dengan sabdanya “hajar Aswad itu di dibawah dari surga, warnanya lebih putih dari susu, dosa-dosa anak cucu adamlah yang menjadikan hitam (HR.Jamial,Tirmidzi Al Haji), hajar Aswad batu hitam dan berlubang yang pas dengan wajah sia pun yang menciumnya. Hajar Aswad adalah batu hitam, Yang diletakan sebelah tengara Ka’bah atau sebelah kiri multazam. Menurut banyak riwayat misalnya dari Said bin Jubair R.A.dari ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab bahwa hajar aswad bahwa batu hitam tersebut di bawa turun oleh malaikat dari langit ke dunia, namun informasi tersebut masih bisa di perdebatkan, bahkan ahli sejarah kota Makkah Abu Wahid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Azraki berpendapat bahwa minim informasi yang valid dan teroercaya kapan baru hajar aswad itu pertama kali diletakan di Ka’bah. Sehingga sampai saat ini keberadaannya masih rahasia ilahi. Tak perlu kita persoalkan kapan di temukan, kenapa ada baru hajar Aswad, biarlah itu jadi rahasia agar tetap eksis dan disakralkan.Tapi yang pasti bahwa hajar aswad itu bagian dari pesan keimanan dari kita umat Islam oleh para pendahulu kita yang dilakukan oleh nabi Ibrahim, Ismail sampai ke Rasulullah saw. Sebelum ada virus corona, hajar Aswad itu selalu menjadi tempat yang ramai, dan paling padat setiap hari, setia jam bahkan per menit pun tak luput dari kerumunan sehingga tak perbah sepi dari jamaah. Tapi sejak adanya virus corona dan setelah corona merendah, tidak lagi jamaah mau ke hajar aswad karena takut dengan penularan virus corona atau kata lain takut dengan kematian atau boleh jadi ada larangan pemerintah, sehingga jadi tanda tanya masih pentingkah ada hajar aswad atau pertayaan paling sederhananya masih perlukah hajar aswad di cium dan disakralkan, biar waktu yang akan menjawabnya.,sebab tanpa mencium hajar aswad, Haji dan Umrah tetap sah sehingga tak perlu rebutan sampai saling menyakiti antar jamaah hanya untuk bisa mencium hajar aswad. wallahu A’lam.