Era modern selalu menampilkan kehidupan pencitraan diri dan betapa sulitnya memelihara rasa empati pada sesama di tengah gempuran prilaku individualisme, materialisme yang kita paham sifat individualisme merusak nilai luhur persaudaraan, nilai luhur kekeluargaan dan nilai sosial dalam hidup bermasyarakat dan kita sadari betapa era modern dengan media teknologi komunikasi begitu dahsyat dengan cepat merubah pola hidup, pola pikir, pola perilaku manusia yang mengarah pada hidup hedonisme itulah yang banyak dipertontonkan oleh para pejabat di Indonesia terutama para pejabat dilingkup kementrian keuangan , perpajakan yang tidak menunjukan perilaku empati terhadap masyarakat dengan memamerkan harta dan kemewahan dari hasil pajak rakyat Indonesia.
       Ketika kita tidak peduli pada kehidupan orang lain, kurang bergaul, sulit bekerja sama kepada lelompok tertentu, kumunitas tertentu, sehingga hilangnya rasa solidaritas maka sesunguh kita sedang terjangkiti prilaku miskin empati karena cuek pada kehidupan orang lain, bahkan tak peduli pada orang orang dekat yang ternyata merekalah yang peduli dan mencintai kita dengan tulus.
       Tergerusnya rasa empati para pejabat terhadap masyarakat atau semakin lunturnya rasa persaudaraan dan kekeluargaan antar sesama itu tanda besar terjangkiti miskin empati pada sesama, dan cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri dan tak peduli dengan penderitaan pada sesama minimal menunjukan rasa empati.
      Apakah penyakit miskin empati ada pada diri kita, maka untuk mengukurnya bisa di lihat dan dirasakan apakah kita semakin egois dalam hidup, semakin malas bersosialisasi, sulit bekerja sama pada orang lain kecuali orang tertentu, selalu merasa benar sendiri dan menipisnya rasa solidaritas pada sesama, kalau itu ada pada diri kita, maka sesunguhnya kita telah tertular  penyakit miskin empati sedang menjangkiti jiwa dan alam pikir seseorang.
        Untuk memulihkan rasa miskin empati maka cobalah belajar menghargai orang lain, terutama menghargai pendapat yang berbeda dengan yang kita inginkan, maka itu artinya kita sedang menekan prilaku egoisme dan cuekisme yang kita milki dengan sendirinya secara bertahap akan menumbuhkan rasa empati dan peduli pada sesama.
     Islam merupakan agama yang mengajarkan pentinya keoedulian pada sesama dan hubungan manusia dengsn sang penciptanya. Termasuk begitu banyak perilaku Rasulullah yang mengajarkan pentingnya rada empati pada sesama, Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda “barang siapa melepaskan diri seseorang dari kesulitan atau kesusahan hidup seorang muslim di dunia maka Allah juga akan melepaskan kesusahannya  pada hari kiamat dan seterusnya, suatu perilaku yang  bisa memotovasi tumbuhnya rasa solidaritas sosial dan peduli pada sesama. Wassalam