Gambar PESAN HUSNI DJAMALUDDIN: IBARAT SUFI PENYAIR


Pesan ini berasal dari waktu yang cukup lama, sehingga nyaris terlupakan. Beruntung, yunior saya di BKPMRI, Neni Kasim, mengingatkan kembali tentang pesan tersebut. Pada 2 November 2022, saya pernah mengirim pesan itu kepadanya. Ketika saya membaca ulang rekaman percakapan kami, pesan almarhum Husni Djamaluddin seolah hidup kembali di benak saya. Hal ini mendorong saya untuk menyusunnya kembali agar dapat dibagikan ulang.

Menurut Neni Kasim, yang mengutip dari catatan saya sebelumnya, pesan almarhum Husni Djamaluddin ini memiliki kedalaman makna layaknya seorang sufi sekaligus seniman. Berikut adalah pesan-pesan tersebut:

1. "Tuhan sudah terlalu banyak memberikan nikmat-Nya pada saya, sehingga saya merasa malu meminta sesuatu lagi kepada-Nya. Saya tidak ingin dianggap terlalu serakah."


2. Jika diberi amanah, "Jangan pernah meninggalkan cacat sekecil apa pun. Betul, mungkin tidak terdeteksi hari ini, tetapi percayalah, sejarah akan membongkarnya suatu saat nanti."
Sebab itu, ia menambahkan, "Bukan kematian fisik yang saya takuti, melainkan kematian dalam sejarah."
(Pesan ini tercatat dalam tulisan saya sebelumnya.)

Pesan-pesan ini menggambarkan pandangan hidup yang mendalam, sarat akan tanggung jawab, kerendahan hati, dan kekhawatiran akan makna keberadaan manusia dalam lintasan sejarah. Seperti seorang sufi, almarhum mengajarkan bahwa hubungan dengan Tuhan bukanlah semata soal permohonan, tetapi lebih pada rasa syukur yang mendalam. Sebagai seorang tokoh, ia juga menekankan pentingnya integritas dalam mengemban amanah—warisan yang tidak lekang oleh waktu.

Wasalam,
Kompleks GFM, 17 Januari 2025