Gambar PERTEMUAN SINGKAT DENGAN SEORANG CENDEKIAWAN


"Jika ingin mengenal seseorang lihatlah pada siapa ia bergaul.
Di sanalah akan 
kita kenal jati diri-nya," sabda Nabi.
Sebelum kemerdekaan Muhammad Natsir kuliah di Bandung. 
Saat libur ia pulang ke Beravia dengan kereta api.
Tiba di stasiun Manggarai semua penumpang turun kecuali beliau dan seorang tua.
Nampaknya, mereka berdua akan turun di stasiun Senin.
Lalu Muh. Natsir mendatangi orang tua itu dan mengajak ngobrol.
Dari situ Muh. Natsir  sadar bahwa orang tua itu adalah HOS Cokroaminoto.
Pimpinan Partai Syarikat Islam Indonesia.
Menurut Muh. Natsir "dalam pertemuan singkat itu telah mempengaruhi inspirasi saya."

Di sini urgensi mencari orang baik sebagai sahabat.
Sebaliknya dilarang bersahabat dengan orang yang jelas jahat.
Nabi menambahkan bersahabat orang baik,
bagai bersahabat penjual minyak wangi, jika tak dapat membelinya engkau akan mencium wanginya.
Bersahabat dengan orang jahat bagai bersahabat pandai besi,
Jika tak kena apinya, paling tidak keciprak abunya.

Dari sini ada orang memilih-milih sahabat.
Dari kecil sampai dewasa ia hanya bersahabat orang yang dianggap pintar.
Akhirnya, ia terpengaruh kepintaran sahabatnya.
Ia pun digolongkan orang pintar. 
Sayang, ada orang memilih bersahabat Herkules. 
Padahal semua orang tahu, Herkules adalah pareman lorong Tanah Abang.
Apa ingin jadi pareman di tanah air tercinta?
Kenapa menghindari cendekiawan jujur yang bisa menuntun dalam perjalanan.
Jadi, itulah sebabnya Nabi berpesan, jika ingin mengenal seseorang, maka carilah dengan siapa ia sahabat."

Wasalam,
Kompleks GPM, 1 Mei 2025