Gambar PERPUSTAKAAN DPP IMMIM DI JEND. SUDIRMAN


Barangkali tidak banyak yang tahu bahwa dulu pernah ada perpustakaan DPP IMMIM di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar. Kehadirannya memang tidak berlangsung lama, namun meninggalkan kesan mendalam bagi sebagian dari kami yang sempat merasakan manfaatnya.

Saya sendiri mulai akrab dengan perpustakaan itu sejak semester pertama tahun 1973. Hampir setiap waktu luang saya manfaatkan untuk datang membaca. Koleksinya cukup lengkap—buku-buku, surat kabar, hingga majalah. Yang paling saya sukai adalah majalah Horison, majalah sastra ternama pada masa itu. Saya selalu menanti-nanti edisi terbarunya, dan tak pernah melewatkan rubrik favorit saya. Saking asyiknya membaca, kadang saya rela terlambat masuk kuliah hanya demi menuntaskan bacaan.

Penjaga perpustakaan itu adalah seorang bapak tua yang ramah dan telaten, berasal dari Pamboang, Majene. Kebetulan kami berasal dari daerah yang sama, sehingga mudah bagi saya untuk merasa dekat dan akrab dengannya. Pelayanannya sungguh prima—sebuah hal yang sangat berarti bagi saya, mahasiswa kampung yang haus akan sambutan bersahabat.

Kebetulan rumah kost saya waktu itu berada di Jalan Mappanyukki, tak jauh dari stadion. Jadi saya cukup mengayuh sepeda sebentar saja untuk sampai ke perpustakaan. Setiap kali ada waktu libur kuliah, pasti saya manfaatkan untuk ‘nongkrong’ di sana, menikmati suasana belajar yang sederhana namun membangkitkan semangat.

Sayangnya, seiring waktu, perpustakaan itu dipindahkan ke Pesantren Modern Al-Qur’an Putra. Mungkin memang pertimbangannya agar koleksi buku itu lebih bermanfaat di tempat baru. Meski demikian, saya—salah satu pengunjung setianya—tak bisa menyembunyikan kekecewaan. Tempat favorit untuk menimba ilmu dan melepas dahaga pengetahuan itu tak ada lagi. Saya pun akhirnya harus mencari pelabuhan baru: Perpustakaan IAIN. Meski letaknya lebih jauh dari kost, semangat membaca tetap saya jaga.

Tulisan ringan ini sengaja saya buat untuk melawan lupa. Mengenang secuil sejarah pribadi yang terjadi hampir setengah abad lalu. Saya pun kini sudah lupa nama penjaga perpustakaan itu, tapi kenangannya tetap hidup dalam benak.

Wassalam,
Kompleks GFM, 8 April 2025