Ibrahim bin Adham juga sedang naik kapal di atas Iaut. Ia telah menutup kepalanya dengan selimutnya dan telah lelap dalam tidur yang nyenyak ketika keributan serta kekalutan melanda kapal itu dan jeritan serta tangisan orang-orang pun terdengar tinggi dari berbagai sisi kapal. Salah seorang mereka lalu membangunkannya seraya berkata, “Tidakkah kaulihat keadaan orang-orang?”
Ia lalu membuka kepalanya dan menengadah langit seraya berujar, “Ya Allah, sungguh Engkau telah memperlihatkan kepada kami kuasa-Mu, maka perlihatkanlah kepada kami maaf-Mu.”
Riwayat mengatakan sebagaimana disampaikan okeh Abu Nuaim dalam al-Hilyah: laut pun tenang hingga menjadi seperti lemak.
Intisari yang mereka ajarkan kepada kita ialah:
"Perbatikanlah sekitarmu, apakah kaulihat selain-Nya?”
Abui-Abbas al-Mursi pernah berujar, “Aku mendapat empat puluh tahun tanpa Allah terhijab dariku sekejap pun."
Muhyiddin bin Arabi bertutur, “Engkau akan selalu bersama alam dan menjadi hamba alam selama engkau tidak menyaksikan Allah Swt. pada alam seraya menjalankan dan mengatur alam. Alam tidaklah dibuat untuk kaulihat, tetapi agar engkau melihat pada Tuhannya."
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Sufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit..