Kata siwak berasal dari bahasa Arab سوك الشيء (sawwaka as-syaia) artinya menggosok/membersihkan sesuatu. ،نظفها /سوك الاسنان (sawwaka al-asnan/ nazzafaha) artinya menggosok gigi hingga bersih. Kata siwak sudah populer di kalangan masyarakat Indonesia meskipun kata tersebut belum diserap menjadi bahasa Indonesia yang baku. Istilah siwak menjadi akrab di kalangan umat Islam karena seringnya umat Islam mendengar dari para mubalig hadis Nabi yang menyebutkan itu, yaitu: لولا ان اشق على امتى لاءمرتهم بالسواك مع كل صلاة . متفرق عليه (law la an asyuqqa ala ummati laamartuhum bissiwaki maa kulli shalatin- muttafaqun alaih) artinya: Seandainya tidak memberatkan umatku, aku pasti memerintahkan mereka untuk bersiwak bersamaan dengan setiap kali shalat. BERSIWAK/ membersihkan gigi merupakan perintah Nabi Muhammad Saw kepada setiap umat Islam untuk dilakukan sesering mungkin dalam sehari, bahkan sekiranya tidak memberatkan, maka hendaknya dilakukan setiap kali hendak melaksanakan shalat lima waktu. Perintah ini demikian tegas dan lugas disampaikan Nabi Saw. Tentu karena bersiwak adalah sesuatu yang amat penting bagi seseorang. Karena bersihnya gigi dan mulut sangat berdampak bagi seseorang dalam kehidupannya, khususnya dalam berkomunikasi lisan (oral communication). Bila gigi dan mulut bersih, maka tidak akan mengeluarkan aroma kurang sedap. Namun jika sebaliknya, maka dapat dipastikan akan mengeluarkan bau yang dapat menyesakkan nafas. Paling kurang ada dua makna yang terkandung dalam perintah bersiwak tersebut, yaitu: 1. Penting untuk merawat gigi dan mulut agar tetap fresh sehingga tidak menghasilkan aroma tidak sedap. Ini menunjukkan bahwa mulut yang selalu digunakan berbicara hendaknya selalu terpelihara dan terawat dengan baik. Karena organ mulut ini adalah salah satu yang paling banyak digunakan dalam hidup, terutama dalam berkomunikasi. Hal ini menjadi representasi dari organ tubuh lainnya seperti tangan, kaki, dll untuk selalu dirawat. Gigi dan mulut yang bermasalah akan menghasilkan bau. Kondisi seperti ini harus dihindari, salah satunya dengan sesering mungkin bersiwak. Ramadhan bulan penuh keberkahan, dianjurkan untuk meningkatkan ketakwaan termasuk dalam ketakwaan sosial dan meningkatkan frekwensi shalat berjemaah. Dalam shalat berjemaah, berdiri dengan bershaf, duduk, dan membaca bacaan shalat dilakukan secara bersama-sama. Posisi inilah yang menguji kualitas kesegaran gigi dan mulut kita. 2. Bahwa organ gigi dan mulut tidak sekedar menjaga kesehatan pisik lahiriyahnya saja, namun lebih dari itu adalah menjaga outputnya berupa kata-kata dan ucapannya yang tentu saja akan menimbulkan efek yang lebih lama. Gigi dan mulut yang sehat diharapkan bersinergi dengan untaian kata dan kalimat yang terucap darinya. Jadi, gigi dan mulut yang sehat adalah yang menghasilkan kata dan kalimat yang baik, benar, amar makruf nahi munkar, bukan hoax, umpatan, gibah, dan semacamnya. Rasulullah Saw. mengapresiasi seseorang yang selalu menjaga dan menghindarkan mulutnya dari berucap dengan kata dan kalimat yang buruk, berseda gurau dan tertawa yang berlebihan, dan lain-lain. Sebaliknya mengupayakan penggunaan mulut berucap dengan kalimat yang baik (qawlan ma’rufa, qawlan layyinan, qawlan karimaa, qawlan syadiidaa), zikir, membaca al-Qur’an, dll. Rasulullah Saw. bersabda: مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ Artinya: Siapa yang mampu menjamin kepadaku mulutnya dan kemaluannya, maka aku menjamin baginya mendapatkan surga. Dengan demikian, perlunya kita menjaga gigi dan mulut agar tetap fresh sehat secara pisik dan sehat dalam bertutur kata yang baik, karenanya mari kita selalu BERSIWAK. Allah Maha Mengetahui segala kebenaran.