Gambar PERANGKAP BERAGAMA

PERANGKAP BERAGAMA

Dalam beragama kita bisa terperangkap tipu daya (ghurur) diri kita sendiri. Merasa sedang menjalankan agama padahal—seperti kata Imam Ghazali—sedang mengikuti hawa nafsu yang dikobarkan setan. 

Kesombongan, fanatisme, egoisme, kebencian, kedengkian, dan lain-lain. Begitu lembut sehingga kita sendiri tak menyadari.

Lebin mendalam kepemilikan ilmu tak berarti lebih baik dalam beragama. Karena bukan saja ilmu agama bisa tak diamalkan, dan karenanya sia-sia, ilmu itu pun bisa jadi hijab (rabir) dalam hubungan kita dengan Allah Swt. 

Kalau hijab kegelapan (hijab zhuluma) bersumber dari keburukan diri, maka ilmu dan merasa diri baik—yang membuat kita mengagumi diri dan justru menjadi terdorong terus memperbaiki diri karenanya—adalah hijab cahaya (hijab nur). Sementara, orang yang tak mendalam ilmunya dan menyadari kekurangannya itu, bisa diruntun oleh kepolosan hatinya untuk menjadi lebih baik. Seperti Imam Juwayni, guru Imam Ghazali, pernah berdoa: “Ya Allah, karuniai aku iman para perempuan tua ....

Semoga Allah Swt. benar-benar menjadikan ilmu kita cahaya yang mewujud dalam kebaikan, amal-amal saleh dan menuntun kita kepada-Nya.
Haidar Bagir, Catatan untuk Diriku