Jika sebagian orang menganggap salat sebatas kewajiban harian setiap muslim, Gus Baha menambahkan penjelasan bahwa salat sejatinya adalah wujud dari salah satu puncak segala nikmat. Saking nikmatnya salat, para wall ketika ditawari masuk surga mereka bertanya, "Apakah di surga nanti masih ada salat?" Hal ini Gus Baha utarakan saat mengisi pengajian belum lama ini.
Beliau kemudian menyebut bahwa nikmat salat itu melebihi, maaf, kenikmatan berhubungan badan. Mengutip pendapat ulama, Gus Baha menjelaskan, "Nikmatnya punya anak itu apa? Kalau mereka sakit, sembuh; kalau mereka hilang, pulang."
"Sekarang bayangkan, orang tua yang punya anak sedang koma di UGD, (lalu anak tersebut sembuh), pasti senangnya mengalahkan apa saja. Kira-kira, orang yang berhubungan badan dan orang yang tahu anaknya sudah sembuh dari koma, lebih senang mana? Pasti lebih senang orang yang melihat anaknya sembuh dari koma." Gus Baha melanjutkan, "Sebahagia apa pun hubungan badan (seks), lebih bahagia lagi orang yang anaknya pulang (setelah sempat hilang). Kalau ketemu anak saja senangnya seperti itu, apalagi kalau kita ketemu dengan Zat yang sudah lama kita sembah, yang sudah lama kita rindukan."
Penjelasan secara rohani begini perlu disebarkan agar orang-orang bisa mengerti inti dari segala nikmat, yaitu bertemu dengan Sang Pencipta. Di kesempatan lain, Gus Baha menceritakan perihal Rasulullah SAW., yang sangat senang ketika salat. Rasul disebut di banyak riwayat sangat menyenangi salat hingga beliau bersabda, wa ju'ilat qurratu 'aini fi ash-sholati (kegembiraan dan kebahagiaan hatiku terjadi dalam salat)."
Kata Gus Baha, hal ini sangat bisa dimengerti. "Logikanya begini, jika kita bisa senang karena ngobrol dengan yang kita cintai, apalagi kalau bisa ngobrol dengan Allah SWT."
"Kalau boleh dibahasakan, salat itu artinya kamu muamalah, munajat, asyik-asyikan dengan Allah Swt."
Dengan penjelasan ini, Gus Baha berulang kali menegaskan bahwa salat adalah kebutuhan kita, bukan Allah. Kemuliaan dan keagungan Allah tidak akan berkurang sedikit pun meski kita tidak menyembah-Nya. Kitalah yang butuh salat sebab ibadah ini -sekali lagi-adalah puncak segala nikmat.