Gambar NEGERI PASAR BEBAS IJAZAH (Sebuah Puisi Khayal yang Nyata)


Di sudut sunyi imajinasi,

terbentang negeri tanpa lokasi,

namanya Anta Berantah,

di sana segalanya bisa dibeli,

bahkan harga diri pun bisa ditawar,

asal ada uang, ijazah pun mengalir deras,

dari SD hingga gelar Professor yang menjulang,

semua tersedia,

di Pasar Bebas, tempat mimpi dijual dan akal dibungkam.


Ijazah bukan lagi bukti jerih,

tapi sekadar lembar resmi yang bisa dipesan,

dengan opsi: asli tapi tak pernah digapai.

Bahkan mereka berkata:

“Tak usah sekolah, asal lihai bicara dan penuh gaya.”

Etika pun gugur di tepi jalan,

seperti daun tua diterpa badai zaman.


Konon, seorang insan polos nan lugu,

melintas negeri itu tanpa rencana,

lalu tergoda pada toko yang menjajakan gelar.

Katanya:

"Biar mahal asal asli,

yang penting bisa dipajang dan disanjung tinggi."

Dipesannya ijazah dari Toko Anta Beranta,

dengan segel emas dan stempel megah.

“Ijazahku bukan abal-abal,” katanya bangga,

“dibeli dengan harga tertinggi,

tanpa cela dan tanpa tanda tanya.”


Namun seorang Guru Tua menatapnya pilu,

dengan suara yang lirih namun membakar:

"Nak, ijazah itu bukan hasil transaksi,

tapi tetesan keringat,

dari malam-malam panjang,

dari perjuangan panjang tanpa jalan pintas."

Tapi suara bijak itu hanya angin lalu,

di tengah dunia yang terbuai semu.


Kini pasar itu makin ramai,

dengan gelar yang bertambah tapi makna yang hilang.

Bahkan hadis pun dijual di lorong kelam:

إن كان لك الفلوس، فلك الملوُس

وإن لم تكن فلوس، فلك المنفوس

“Jika kau punya uang, jalanmu mulus,

jika tak punya, nasibmu mampus.”

Inilah fiqih pasar bebas,

di mana nilai suci pun bisa dinegosiasi."


Aku pun kini menanggalkan gelarku,

bukan karena tak bangga,

tapi sebagai protes sunyi—

pada zaman yang mencemari makna ilmu,

pada pasar yang mengobral kehormatan.


Wassalam,

dari sudut teduh Kompleks GFM

2 Juli dua puluh dua lima

dengan pena yang masih memilih jalan yang jujur.