Dalam salah satu puisinya, Rumi bersyair:
Kita menamakan sesuatu menurut rupanya. Tuhan menamakan sesuatu menurut sifat hakikinya. Mûsâ menyebut tongkatnya "tongkat." tetapi Tuhan menyebutnya "ular." 'Umar disebut "penyembah berhala," tetapi Tuhan tahu bawa namanya adalah "mukmin." Kita menyebut "benih," Tuhan menyebut "yang sudah ada di sisi-Ku.”
Itu seperti ini -tujuan kita adalah nama sejati kita di sisi Tuhan.