Gambar Menyelesaikan Konflik Antarumat Saat Beribadah, Jangan Mengail di Air Keruh

 

Umat Islam barusan menjalankan ibadah puasa saat  bulan suci Ramadan. Tentunya, kita semua berharap mendapat keberkahan  bulan yang mulia ini. Ramadan seharusnya menjadi madrasah bagi kita untuk berlatih menahan diri, mengurangi perbuatan yang tidak terpuji, dan memperbanyak ibadah serta usaha lainnya untuk meraih ridha Allah Swt. Inilah cara kita untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa.

Namun, dalam kenyataannya, terdapat sebagian di antara umat Islam yang sulit mengendalikan diri. Sebagai manusia, kita memang tidak sempurna, dan kadang kita merasa perlu untuk mengungkapkan protes terhadap hal-hal yang dianggap tidak enak di hati. Protes ini terkadang berujung pada perselisihan atau konflik. Dalam konteks komunikasi, konflik merupakan fenomena yang alami dan sulit untuk dihindari, termasuk di masjid atau saat melaksanakan ibadah.

Sesungguhnya yang penting adalah bagaimana  menyelesaikan konflik dengan bijak. Sebaiknya,  mempertemukan kedua belah pihak untuk mencari solusi terbaik. Sedangkan kepada pihak lain, kita seharusnya tidak mengail di air keruh, dengan memperuncing masalah dengan memviralkannya di media sosial. Meskipun ada niat untuk memviralkan mungkin saja baik, dampak negatif yang ditimbulkan sangatlah besar.

Belakangan ini, sering kali beredar video viral yang menunjukkan konflik di masjid atau saat salat Idulfitri di lapangan. Masalah kecil, seperti perbedaan jadwal salat atau kesalahpahaman antar jamaah, urusan shaf, bacaan Basmallah,  dan seterusnya, bisa menjadi besar hanya karena cepat menyebar. Tanpa menelusuri kebenarannya (tabayyun), orang-orang langsung berkomentar dan memperdebatkannya. Ada kalangan komentar tersebut yang justru memperburuk keadaan. Apalagi diviralkan melalui beragam platform media sosial, dan menambah-nambah bahasa menarik minat khalayak.

Kita pagami bahwa Islam mengajarkan masjid sebagai  tempat ibadah yang seharusnya penuh kedamaian. Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa masjid adalah milik-Nya, bukan tempat untuk bertengkar. Rasulullah Saw. juga sentiasa  menjaga ketenangan  masjid dan menghindari konflik. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah. Yang penting adalah bagaimana kita menyikapinya dengan bijak.

Konflik memang perlu diselesaikan dengan cara damai, musyawarah, dan adil. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa jika ada dua kelompok Muslim yang berselisih, mereka harus didamaikan agar tidak terjadi perpecahan. Oleh karena itu, jika ada masalah di masjid, solusi terbaik bukanlah menyebarkannya ke media sosial, melainkan menyelesaikannya secara langsung dengan kepala dingin. Saya mohon ini dicatat teman-teman penggiat media sosial.

Sangat disayangkan, pada  zaman sekarang, banyak orang langsung merekam dan mengunggah konflik ke media sosial tanpa mencari tahu latar belakangnya. Padahal, Islam mengajarkan tabayyun, yaitu memastikan informasi sebelum percaya dan menyebarkannya. Allah memperingatkan kita dalam Al-Qur’an agar tidak mudah menerima berita tanpa verifikasi, karena bisa menimbulkan kesalahpahaman dan fitnah.

Contohnya lainnya adalah  kasus di mana dua kelompok berbeda pendapat mengenai pengeras suara di masjid. Satu pihak merasa volumenya terlalu keras dan mengganggu orang lain. Ada orang yang sakit dan sulit tidur. Ada tetangga yang sementara menerima tamu, atau yang sedang mengajar via zoom. Sementara pihak lain menganggap itu bagian dari syiar Islam. Menurut mereka, dengan adanya suara mengaji dari masjid itu sebagai mengingatkan akan masuknya waktu salat. Tentu kedua belah pihak ada benarnya. Jika ada pihak yang merekam dan diunggah perdebatan ini, tentu membuat banyak orang yang tidak tahu latar belakangnya ikut berkomentar dan memperdebatkan masalah ini.  

Dalam dunia komunikasi, ada teori "Spiral Keheningan" dari Elisabeth Noelle-Neumann. Teori ini menjelaskan bahwa opini yang dominan di media dapat mempengaruhi pandangan masyarakat. Orang-orang cenderung mengikuti opini mayoritas dan enggan menyuarakan pendapat berbeda. Ini sering terjadi dalam kasus viral di media sosial. Begitu banyak orang mengutuk suatu kejadian di masjid, maka yang berpikir sebaliknya pun enggan berbicara. Padahal, belum tentu informasi yang viral itu benar.

Dari segi sosial, menyebarkan konflik sedangkan tidak ada usaha mencari tahu kebenarannya, boleh jadi akan merusak persaudaraan dalam Islam (ukhuwah Islamiyah). Bukannya menyatukan umat, berita yang belum jelas justru bisa memperdalam perpecahan. Rasulullah SAW selalu mengutamakan persatuan dan melarang umatnya untuk menyebarkan berita yang bisa memecah belah. Kita harusnya  belajar dari beliau bahwa menyelesaikan masalah secara langsung dengan pihak terkait, jauh lebih baik daripada mengumbar konflik apalagi melalui  media sosial.
Bila dilihat dari sudut kepentigan dakwah, penyebaran konflik di masjid juga bisa memberi dampak buruk bagi citra Islam. Orang-orang yang belum memahami Islam bisa berpikir bahwa umat Islam gemar bertengkar. Suka menyalahkan dan membuat masalah. Padahal Islam adalah agama yang membawa kedamaian sesuai konsep rahmatan lil alamin. Oleh itu,  dalam berdakwah, sebaiknya kita lebih banyak menyebarkan hal-hal positif yang menunjukkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Lalu, bagaimana sebaiknya kita bersikap jika melihat konflik di masjid atau saat salat Idulfitri? Pertama, tetap tenang dan tidak buru-buru mengambil kesimpulan secara sepihak. Kedua, jika memungkinkan, bantu mencari solusi dengan pendekatan yang baik dan bil hikmah. Ketiga, hindari menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Teman-teman yang ingin menyebarkan sesuatu, harus memastikan bahwa hal itu bermanfaat dan dapat membawa kebaikan bagi umat. Kita semua bertanggung jawab menjaga persatuan umat Islam. Jangan sampai hanya karena satu video viral, hubungan sesama Muslim menjadi rusak. Wallahu’alam.

Somba Majene, Sulawesi Barat, 03 April 2025