Gambar MENJAWAB PERTANYAAN DAN MEMBACA PROFIL DI MEDSOS


Saya baru saja membaca salah satu pertanyaan yang muncul di media sosial. Pertanyaan itu berbunyi, “Pukul berapa Prof. Ahmad M. Sewang biasa menulis?” Pertanyaan ini rupanya sering kali ditanyakan, baik secara langsung maupun di forum-forum diskusi dengan nada keheranan. Keheranan itu muncul karena setiap subuh WA itu muncul ibarat serapan pagi. Pertanyaan ini mendorong  membaca kembali beberapa arsip tulisan, saya sendiri merasa heran: bagaimana semua ini bisa saya tulis? "Jika saya harus memulai dari awal lagi, mungkin rasanya saya tidak akan mampu," kata saya dalam hati. Bahkan saat ini, meskipun sudah ada banyak tulisan yang terkumpul, terasa berat rasanya untuk mewujudkannya dalam bentuk buku baru.

Tahun 2023, saya mampu menulis tiga buku. Target di tahun 2024 saya usahakan bisa menulis sejumlah buku serupa, tetapi ternyata hanya bisa menulis satu buku. Padahal seharusnya tidak akan menghadapi halangan sebab tulisannya sudah siap tinggal disusun. Tetapi rintangan lain mulai muncul berupa kondisi bodi sudah mulai menurun. Ibarat kata orang, "Semangat kuat, tetapi tenaga kurang."  Namun, karena menulis telah menjadi bagian dari keseharian saya, bahkan ketika sedang dalam keadaan kurang sehat. Saat menjalani perawatan di rumah sakit pun, saya tetap bisa menulis sekalipun mulai membatasi diri. Kebiasaan ini mungkin sudah mengakar sejak beberapa tahun terakhir, kecuali pada akhir pekan seperti Sabtu dan Ahad, di mana saya mengambil jeda, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kantor-kantor berita internasional seperti VOA, BBC, atau NHK yang sejak masa sekolah menengah sudah menjadi referensi saya.

Namun, satu bulan terakhir, saya mulai mengubah kebiasaan menulis itu. Saya merasa perlunya hidup dengan cara yang lebih berkualitas. Frekuensi menulis di media sosial saya kurangi menjadi dua kali seminggu. Sisanya, saya alokasikan untuk menulis artikel koran dan menyusun buku. Perubahan ini terinspirasi dari pesan Hasan al-Banna, seorang ulama besar Mesir: “Sebutir peluru hanya bisa menembus satu kepala, tetapi sebuah tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala.”

Mengenai waktu menulis, saya kutipkan sebuah pertanyaan menarik dari Prof Dr. H. Barsihannor, M.A. Saat peluncuran buku Rihlah ke Mancanegara pada 24 Agustus 2023, di Gedung LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar,  Barsihannor, mengungkapkan bahwa ia pernah bertanya langsung kepada istri saya, Prof. Syamsuduha Saleh, tentang kebiasaan menulis saya. Berdasarkan pengamatannya, tulisan-tulisan saya sering kali diunggah antara pukul 00.00 hingga 03.00 WITA.

Barsihannor menyebut bahwa tradisi membaca dan menulis yang saya jalani adalah warisan dari tradisi cendekiawan Islam yang telah banyak berkontribusi pada peradaban. Menulis, menurut saya, adalah tiang kehidupan, dan kebiasaan ini harus dilakukan dalam kondisi apa pun.

Dalam buku Rihlah ke Mancanegara, pembaca dapat menemukan nilai-nilai pendidikan, spiritualitas, humor, dan inspirasi. Judul buku ini diambil dari judul yang dipakai Ibnu Batutah dalam catatan perjalannya dari negerinya, Marokko, ke dunia Timur, termasuk Nusantara, pada abad ke-14 M. Buku ini juga menyampaikan pesan bahwa untuk mencapai pengalaman internasional, diperlukan niat kuat, kesempatan, kesehatan, dan dukungan finansial.

Saya bersyukur dapat terus menulis dan berbagi pemikiran, baik melalui media sosial, koran, maupun buku. Menulis bagi saya adalah bentuk pengabdian sekaligus cara untuk memberi manfaat yang lebih luas kepada masyarakat. Demikian pesan Mayjen (Pur.) TNI H. Drs. Muhammad Amin Syam, Mpd bahwa bagi seorang pejuang tidak mengenal halte. Karena itu, selepas menjabat sebagai gubernur Sulsel, beliau langsung disepakati sebagai ketua wilayah DMI. Banyak orang menanggapi beliau turun jabatan. Tetapi beliau berpandangan sebaliknya. Beliau berkata "Dari banyak jabatan yang pernah diembangnya, mengurus rumah Allah adalah jabatan paling tinggi dan mulia," katanya dalam sebuah seminar. Mengurus rumah Allah adalah halte terakhir beliau sampai menghadap Allah swt.

Wassalam,
Kompleks GFM, 16 Januari 2024