Gambar MENJAGA JALAN TENGAH Puisi Moderasi Beragama (5 habis)


Berjalanlah di atas garis lurus,

sabda Nabi saw. dengan tangan yang tegas,

menggores garis panjang:

"Inilah jalan Allah lurus,

jangan menyimpang ke kiri maupun ke kanan,

sebab di tiap simpangan ada syetan mengajak."


Di kanan terlalu keras,

di kiri terlalu longgar,

tapi di tengah—ada cahaya

yang memelihara nalar dan jiwa.


Ali r.a. berkata dengan bijak:

“Ambillah jalan tengah,

agar yang tertinggal segera menyusul,

dan yang melaju cepat tak meninggalkan yang lain.”


Sebab agama bukan perlombaan

untuk merasa paling benar,

tapi jalan kesadaran

untuk mendekat kepada Tuhan

dan bersikap lembut kepada sesama insan.


**


Ekstrem itu,

bukan hanya suara keras dan wajah marah,

tapi juga hati yang menutup rapat tafsir orang lain,

dan lidah yang ringan menjatuhkan vonis kafir

pada siapa pun yang berbeda jalur pikir.


Seperti Khawarij yang rajin ibadah,

namun keras pada sesama—

tak mengenal kelembutan,

tak merasakan getar cinta dalam bacaan wahyu.


Mereka hafal Qur’an,

namun kehilangan akhlak.

Mengira dirinya penjaga langit,

padahal memutus tali di bumi.


Ali bin Abi Talib yang bijak pun diserang,

oleh orang yang menyangka

hanya ia satu-satunya yang memahami firman-Nya.


**


Hari ini,

mungkin muncul Khawarij baru,

berjubah modern, bersenjata media,

mengguncang ukhuwah,

memecah umat dengan kalimat tajam dan tuduhan sesat.


Maka moderasi beragama adalah benteng zaman,

ia bukan kompromi yang lemah,

tapi keyakinan yang ramah.

Ia menerima perbedaan

sebagai rahmat dan az-zarwah atau kekayaan.


Ia tak berhenti pada beda,

tapi menelusurinya dengan sabar:

mungkin akan meneguhkan pandangan sendiri,

atau justru berani berpindah

ke pendapat yang lebih bersinar.


**


Sebab hakikat ilmu adalah pencarian,

bukan benteng fanatisme buta.

Perbedaan dalam furu dan ijtihad,

bukan racun, tapi berkah

bila diolah dengan jiwa lapang dan hati tenang.


Jangan buru-buru menyesatkan,

apalagi mengafirkan,

karena bisa jadi,

yang kau anggap gelap,

adalah cahaya yang belum sempat kau pahami.


Mari hidupkan budaya dialog,

seperti para pendiri bangsa dahulu—

yang bersilang pandang dengan santun,

yang berselisih dengan cinta kebenaran.


**


Inilah jalanku, kata Nabi,

jalan lurus yang dijaga hikmah,

disinari akhlak,

dan ditapaki bersama—

tanpa saling dorong, tanpa saling tinggalkan.


Makassar, 13Juli 2025