Gambar MENGOPERASIKAN AKAL DALAM AGAMA

Al-Husain ra. mengatakan, "Barang siapa meletakkan agamanya pada giyas (analogi), niscaya Ia selalu diliputi kerancuan, bertanya dengan menyimpang dari metodologi, bergerak cepat dengan bangkok, menyeleweng dari jalan, berkata tanpa keindahan,"

Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa ketika Ibnu 'Abbas na, berbicara kepada orang banyak, Nafi' bin al-Azraq (pemimpin Khawarij Azraqiah) berdiri dan berkata kepadanya, “Engkau memberi fatwa kepada orang banyak tentang semut dan kutu?! Ceritakanlah kepadaku tentang tuhan yang kausembah,” Ibnu Abbds ra. diam karena memandang berat perkataan itu, 
Dan, al-Husain r.a. yang ketika itu duduk di sampingnya lalu berkata, “Biar saya yang jawab, hai Ibbnul Azrag."

Nafi berujar, “Aku tidak bertanya kepadamu,”

Ibnu “Abbas r.a. mengungkapkan kepada Nafi “Sungguh ia adalah ahlul bait Nabi saw, dan mereka adalah para pewaris ilmu.” 

Nafi lalu menghadap ke arah al-Husain r.a. lalu al-Husain pun berkata: 

Hai Nafi, barang siapa meletakkan agamanya pada qiyas (analogi), niscaya ia selalu diliputi kerancuan, bertanya dengan menyimpang dari metodologi, bergerak cepat dengan bengkok, menyeleweng dari jalan, berkata tanpa keindahan. 

Akan kuceritakan Tuhanku kepadamu dengan apa yang Dia ceritakan sendiri dan kukenalkan Dia kepadamu dengan apa yang Dia kenalkan sendiri: 

Tidak dapat dijangkau oleh seluruh indra. 

Tidak dapat dibandingkan dengan manusia. 

Dekat tanpa menempel, jauh tanpa berkurang jarak. 

Tunggal tanpa terbagi. 

Dikenali dengan .ayat-ayat dan disifati dengan tanda-tanda. 

Tidak ada Tuhan selain Dia Sang Mahabesar lagi Mahatinggi.
Dikutip dari kitab Min Ma'arif al-Sadah al-Sufiyyah karya Syekh Muhammad Khalid Tsabit