Gambar MENGAPA SEPEDA MENJADI KENDARAAN IDEAL DI BELANDA?


Di Belanda, sepeda telah menjadi kendaraan sehari-hari yang paling ideal, digunakan oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga profesor, bahkan pejabat. Ada lima alasan utama mengapa sepeda begitu populer di Belanda:

1. Iklim yang Mendukung
Belanda memiliki udara yang sejuk dan dingin sepanjang tahun, sehingga bersepeda tidak membuat orang berkeringat. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi di negara-negara tropis.

2. Kontur Tanah yang Datar
Sebagian besar wilayah Belanda adalah dataran rendah yang rata, dengan pengecualian di Maastricht yang berbukit. Ini membuat bersepeda menjadi aktivitas yang mudah dan menyenangkan tanpa banyak tenaga ekstra.

3. Infrastruktur yang Mendukung
Pemerintah Belanda menyediakan jalur khusus sepeda di sepanjang jalan, memastikan kenyamanan dan keamanan pengendara. Infrastruktur ini menjadi contoh bagaimana pemerintah mendukung mobilitas ramah lingkungan.

4. Fasilitas Parkir Sepeda yang Memadai
Di stasiun kereta, mal, hingga tempat umum lainnya, tersedia tempat parkir khusus sepeda. Fasilitas ini memudahkan pengendara sepeda untuk bepergian tanpa khawatir ke mana harus memarkir kendaraan mereka.

5. Parkir Sepeda Gratis dan Aman
Parkir sepeda tidak memerlukan biaya. Hanya dengan mengunci sepeda, pemilik tidak perlu khawatir kehilangannya. Jika sepeda tidak dikunci, biasanya dianggap barang tak bertuan dan bebas diambil oleh siapa saja.

Dengan fasilitas-fasilitas tersebut, bersepeda di Belanda bukan sekadar alat transportasi, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup. Bahkan, dosen saya di INIS, Dr. Nico Kaptein, lebih memilih mengendarai sepeda ke kampus meskipun beliau memiliki mobil. Bersepeda di Belanda tidak terkait dengan status sosial, tetapi lebih pada efisiensi dan kenyamanan.

Pengalaman unik lainnya adalah ketika saya menyaksikan sepeda dilipat dan dimasukkan ke koper untuk dibawa dalam perjalanan jauh. Hal ini menunjukkan betapa sepeda telah dirancang untuk fleksibilitas yang maksimal, bahkan untuk perjalanan antarkota.

Saya juga memiliki kenangan manis ketika melayani almarhumah Prof. Dr. Andi Rasdianayanah, mantan Rektor IAIN Alauddin Makassar sekaligus Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, yang datang ke Belanda bersama suaminya. Sebagai seorang mahasiswa di Leiden, saya mengantar beliau membeli lauk-pauk di Restoran Padang dengan menggunakan sepeda. Bersepeda di Belanda tidak membuat saya malu, berbeda dengan persepsi di Indonesia saat itu.

Pelayanan yang saya berikan didasarkan pada niat karena Allah, bukan untuk mencari imbalan. Namun, sekembalinya saya ke Indonesia, perhatian dan penghormatan dari beliau serta pihak-pihak lain terasa sangat luar biasa. Saya percaya, sebagaimana firman Allah dalam QS Ar-Rahman ayat 60:
"Apakah ada balasan kebaikan selain kebaikan itu sendiri?"

Kenangan indah ini mengajarkan saya bahwa kesederhanaan dan keikhlasan dalam pelayanan akan membawa keberkahan yang tidak terduga.

Wassalam,
Kompleks GPM, 13 Januari 2025