Oleh: Darussalam Syamsuddin
MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Para pejalan spiritual sangat akrab dengan ungkapan “Jalan menuju Tuhan sebanyak nafas para pencari Tuhan”. Karena itu seorang murid tasawuf berkata: “Guru di sana ada orang yang bisa terbang?” Gurunya menjawab: “itu biasa, lalat juga bisa terbang”. “Guru di sana ada orang yang jalan di atas air?” Gurunya menjawab: ”Katak juga bisa jalan di atas air”. “Guru di sana ada orang yang bisa berada di beberapa tempat pada waktu yang bersamaan?” Gurunya menjawab: “itu juga bukan hal yang luar biasa, bahkan iblis lebih hebat, bisa berada di jutaan hati manusia dalam waktu bersamaan.
Sang murid mengira untuk mendekati Tuhan, seseorang harus memiliki kelebihan supra natural. Padahal jalan pintas menuju Tuhan dengan cara berkhidmat terhadap sesama manusia. Banyak orang mendekati Tuhan dengan melalui tempat-tempat ibadah yang sunyi, Islam menyuruh kita mendekati Tuhan dengan jalan mengisi perut saudara-saudara kita yang kosong. Kalau pergi ke masjid, Islam menganjurkan untuk memakai pakaian yang bersih, Islam juga memerintahkan untuk memberi pakaian kepada orang-orang yang tidak memiliki pakaian.
Di antara ajaran Islam yang menganjurkan kepedulian terhadap sesama berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan disebut sebagai filantropi. Mereka yang memandang kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, penyakit, dan berbagai persoalan kemasyarakatan yang menimpa umat sebagai masalah sosial yang harus diatasi melalui aksi sosial. Bukan acuh tak acuh dan memandang masalah itu sebagai masalah yang timbul akibat kemalasan. Memandang persoalan keterbelakangan yang menimpa umat sebagai sesuatu yang harus ditanggulangi bersama merupakan sunah Hasanah (kebiasaan baik), sedang acuh tak acuh terhadap masalah disebut sunah sayyi’ah (kebiasaan buruk).
Banyak umat Islam beranggapan bukankah kewajiban kita terhadap sesama telah selesai ketika kita membayar zakat? Pertanyaan demikian pernah disampaikan para sahabat kepada Nabi. Rasulullah Saw. menjawab: “di dalam harta ada hak selain zakat”, kemudian Nabi membaca ayat Alquran: “Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajahmu ke timur atau ke barat, tetapi kebaikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Akhir, para malaikat, Al-kitab, dan para nabi, serta memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, musafir, orang-orang yang meminta pertolongan, dan mereka yang ingin membebaskan dirinya dari perbudakan, mendirikan salat, dan mengeluarkan zakat (QS. Al-Baqarah/2 : 177).
Hak inilah yang harus Anda berikan ketika ada orang meminta tolong kepada Anda untuk membayar biaya rumah sakit, karena pada diri Anda ada kelebihan uang. Hak ini juga yang harus Anda penuhi ketika ada anak yang tidak mampu melanjutkan studi karena tidak memiliki biaya pendidikan jika Anda tidak memberikan hak itu kepada mereka. Hak ini juga yang dituntut orang-orang miskin dari orang-orang kaya ketika mereka mengalami kesulitan hidup, ketika kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi.
Di antara faedah penghikmatan kepada sesama adalah: Pertama, untuk menaklukkan ego kita, untuk menepis upaya kita yang selalu mementingkan diri sendiri. Kita memiliki kecenderungan untuk senantiasa ingin dikhidmati. Kita tidak hanya menginginkan manusia untuk berkhidmat kepada kita, tetapi kita ingin seluruh alam semesta melayani kita. Kedua, berkhidmat mendekatkan diri kita kepada Allah. Seorang muslim harus melayani dan menerima manusia dari semua kalangan, tanpa membedakan mereka dari status sosial, kedudukan, jabatan, dan pengaruh yang dimiliki. Mereka yang disibukkan dengan berkhidmat kepada orang lain, kita tidak akan punya waktu untuk mengembangkan penyakit hati kita berupa sifat kikir, dengki, iri hati, egois, dan mementingkan diri sendiri. (*