Seorang ulama mengisahkan bahwa pada suatu ketika dia menjual budak perempuan. Namun, beberapa waktu kemudian — dia menyesali tindakannya. Ia sendiri merasa malu kalau orang-orang mengetahui penyesalannya itu. Lalu dia menulis keresahan hatinya di kedua telapak tangannya.
Dia membatin, “Wahai Dzat yang yang Maha mengabulkan doa, Engkau mengetahui hal yang aku inginkan." Meski begitu, dia tidak mengucapkan sepatah katapun dengan lidahnya ketika menengadahkan dua tangan. Keesokan paginya, dia mendengar seseorang mengetuk pintu
Dia pun bertanya kepada orang itu, “Siapa di luar?”
Si tamu menjawab, “Aku adalah pembeli budak perempuanmu. Sekarang aku datang membawanya lagi kepadamu.”
Bukan main senangnya ulama itu. Dia langsung keluar dan mengambil kembali budak perempuan itu seraya berkata kepada tamunya, “Tunggulah sebentar, Aku akan membayar kembali budak ini padamu.”
Si tamu tadi menukas, “Sebenarnya aku tidak mem butuhkan jagi uangmu. Aku sudah mendapatkan pengganti yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan uang. Aku bermimpi mendengar suara gaib yang berseru kepadaku, "Hei, kau! Penjual budak ini adalah seorang wali yang hatinya tertambat kepada budak perempuan yang kaubeli. Jika engkau mengembalikan budak perempuan itu tanpa mengambil kembali uang pembeliannya, Aku akari memasukkanmu ke dalam surga dan akan Aku beri engkau bidadari sebagai gantinya. Tentu saja aku lebih memilih balasan dari Allah daripada uang. Oleh karena itu, aku tidak akan mengambil uangmu itu.” Setelah berkata demikian, si pembeli itu pun pergi. Dikutip dari kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabddin Al-Qalyubi..