Sabda Nabi saw, "Siapa yang tidak peduli dengan urusan/keadaan sesamanya, maka ia bukan golonganku"
Diceritakan bahwa Sari as-Sakati, seorang sufi besar, pernah memohon ampun selama 30 tahun dalam hidupnya hanya karena ia mengucapkan kata "Alhamdulillah."
Apa lacur? Bukankah kata itu kalimat thayyibah yang beroleh pahala sangat besar jika diucapkan? Tapi mengapa ia meminta ampun selama 30 tahun hanya karena mengucapnya? Ternyata beliau mengucap itu dalam situasi yang tidak tepat.
"Suatu ketika ada kebakaran besar di kampungnya. Hampir semua rumah habis terbakar, kecuali rumahnya. Rupanya, di saat itulah terucap kata "Alhamdulillah" itu karena rumahnya, satu-satunya, tidak ikut hangus terbakar.
Tiba-tiba terbetik dalam hatinya, "wahai Sari, mengapa kata itu yang mesti keluar dari mulutmu? Tidakkah ada sedikit rasa iba dan empatimu melihat para tetanggamu yang rumahnya habis terbakar? Rupanya, kata-kata ini yang terus menghantui dirinya, sehingga beliau memohon ampun atas ucapan "Alhamdulillah" nya itu.
Jadi, kebaikan yang salah tempat itu, rupanya suatu dosa. Lagi-lagi, kisah ini memberikan pengajaran kepada kita bahwa tidak semua yang baik itu akan baik juga di semua situasi dan kondisi. Menegaskan kebenaran sebuah qaul, لكل مقال مقام، ولكل مقام مقال (setiap ucapan ada tempatnya, dan setiap tempat ada qaulnya).
Wallahu a'lam