Di malam gelap gulita, seorang buta melangkah perlahan, tongkat di tangan kanan penuntun langkah, obor menyala di tangan kiri— menyala tanpa ia melihat terang.
Orang-orang heran menyaksikan, “Ada-ada saja si buta ini,” kata mereka, “Untuk apa membawa obor di malam buta? Terangnya tak menyapa matanya.”
Seorang pria pun mendekat, penasaran, “Wahai Tuan,” katanya ramah, “Untuk apa obor itu, jika matamu tak mampu melihat sinarnya?”
Si buta tersenyum tenang, dari mulutnya terbit hikmah nan terang: “Obor ini bukan hanya untukku, tapi untuk orang lain yang melintasi jalan yang sama. Agar mereka melihat dan tak menabrakku, agar mereka tahu aku ada.”
“Jika aku dekat jurang, mereka bisa mengingatkan, obor ini bukan semata penerang, tapi pertanda—aku juga manusia yang berjalan.”
Makna yang Terpatri: Memberi adalah menerima, dalam cahaya kecil yang kita nyalakan untuk orang lain, sesungguhnya kita sedang menerangi sisi gelap hidup kita sendiri.
Allah pun telah berfirman dengan penuh kasih: “Hal jaza’ul ihsan illa al-ihsan?” Adakah balasan kebaikan, selain kebaikan pula?
Wasalam, Kompleks GPM, 3 Mei 2025