Gus Baha berulang kali menyampaikan bahwa Tuhan adalah Zat yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Sebesar apa pun dosa manusia, masih jauh lebih besar rahmat dan pengampunan Tuhan. Kalau sudah tahu begini, manusia seharusnya bisa menjalani hidup ini dengan tenang dan hepi. Tak usah terlalu khawatir dengan hidup, tak usah pula terlalu takut bahwa ibadah dan amal kebaikan yang kita lakukan tidak akan diterima Tuhan. Ibadah saja, Tuhan pasti terima. Sikap terlalu khawatir atau bahkan terlalu takut kepada Tuhan dinilai Gus Baha justru tidak sopan. Tuhan adalah pusat dan sumber semua kebaikan, masak malah ditakuti?
Dalam beberapa kali kesempatan pengajian, Gus Baha menyampaikan kisah salah seorang hamba Allah yang diangkat menjadi wali justru karena beliau sangat santai dalam beribadah.
Kisah ini bermula dari seorang wali ahli ibadah yang berdoa kepada Allah dan meminta agar ditunjukkan apakah ada wali yang levelnya sama dengan dirinya. Allah lalu menunjukkan kepada si wali tersebut seorang hamba yang disebut-Nya memiliki kualitas kewalian yang sama, atau bahkan lebih alim, ketimbang si ahli ibadah tadi.
Ternyata, hamba yang dimaksud adalah seseorang yang dikenal tukang tidur. Dia bahkan jarang terlihat melakukan ibadah sunah. Siang hari tidak puasa sunah, malam hari lebih memilih tidur ketimbang salat tahajud. Ia juga nyaris tak pernah melakukan salat sunah qabliah dan ba'diyah; pokoknya tukang tidur! Mengetahui ini, si wali ahli ibadah 'protes'.
"Ya Tuhan, ini orang kerjaannya cuma tidur, kok bisa jadi wali?"
"Ya, tanyakan saja, kenapa dia kerjaannya cuma tidur!" Si wali ahli ibadah itu kemudian menjumpai si 'wali tidur', "Kenapa jenengan kok kerjaannya cuma tidur?”
"Orang tidur itu tidak bisa maksiat! Tapi kalau kamu puasa dan tahajud, namanya orang terjaga, hatinya bisa di mana-mana. Tetap, paling selamat itu orang tidur."
Jawaban sederhana ini ternyata begitu mengagetkan si wali ahli ibadah tadi, "Ternyata betul, lebih alim kamu!" kata si wali ibadah.
Dengan kisah ini, Gus Baha menjelaskan bahwa agama sejatinya memang sederhana. Tidak perlu ngoyo dalam beragama. Agama juga tidak menyusahkan, lha wong tidur saja bisa jadi wali.
"Tidur itu memang bisa membuat orang jadi wali karena orang tidur tidak akan berzina, tidak akan mencuri, tidak akan membicarakan orang lain. Makanya, Ashabul Kahfi itu wali yang keramatnya tidur dalam waktu lama. Karena tidur itu, kalau dilakukan dengan tujuan yang benar, bisa bikin orang jadi wali," jelas Gus Baha
Tidur yang benar, kata Gus Baha mengutip Syaikh Zakaria al-Anshari, adalah tidur yang diniatkan untuk meninggalkan maksiat. Orang yang tidur tidak akan menggunjing, tidak pula mengonsumsi makanan atau minuman haram. Orang yang sedang tidur -sekali lagi, jika niatnya benar-berada dalam kondisi zero dosa.
"Tapi tidur juga bisa melenakan; gara-gara tidur, ibadah fardu bisa bablas, kewajiban lain seperti bekerja mencari nafkah untuk keluarga juga bablas".
Karenanya, tidur sebaiknya dilakukan hanya ketika semua kewajiban sudah selesai ditunaikan, lalu diniatkan untuk menghindari maksiat.
"Kalau tidurnya benar, bisa jadi wali kamu. Tidur yang benar ... adalah tidur yang diniatkan untuk meninggalkan maksiat