Gambar MANUSIA SEDANG MENUJU PADA KEHIDUPAN IRONI


Tulisan saya terakhir seharusnya berseri karena hampir mempunyai substansi yang sama, yaitu pengaruh iptek terhadap kemajuan sosial. Kemajuan iptek telah mengantar manusia kepada kehidupan sosial lebih comport. Tetapi, ternyata ada nuansa perbedaan. Khususnya di dunia persenjataan justru terjadi ironi atau kehidupan sebaliknya. Jika tidak hati-hati akan terjadi bukannya kehidupan lebih comport tetapi boleh terjadi senjata akan makan tuan.

Kemajuan teknologi, memang telah membawa pada kehidupan manusia ke arah yang lebih nyaman dalam berbagai bidang kehidupan. Mobil-mobil modern, seperti Honda HUV Prestige keluaran terbaru, tidak lagi membutuhkan kunci manual untuk membuka pintu atau menyalakan mesin, dia akan terbuka dengan teknologi otomatis. Saya teringat di masa anak-anak, jika ada karnet yang ingin menghidupkan mobil, karnetnya cukup berkeringat lama menstater baru bisa hidup, itu pun dilakukan dengan kerjasama dengan sopir. Berbeda sekarang dengan mobil keluaran terbaru cukup seorang sopir dengan membawa kunci di saku. Mobil dapat berfungsi sesuai kebutuhan. Ini adalah gambaran dari kemudahan dalam kehidupan modern. Sekarang bisa santai sambil mengenderai mobil juga mendengar musik kesukaan terbaru.

Namun, di balik kemudahan ini, tersimpan ironi yang tidak dapat diabaikan. Dalam kehidupan spiritual, umat Islam masih berselisih tentang metode penentuan awal bulan. Di dunia Timur, melalui MABIN (Malaysia, Brunei, Indonesia), lebih mengandalkan rukyah, pengamatan langsung dengan mata kepala. Sementara itu, umat Islam di dunia Barat, seperti di Eropa dan Amerika sudah menggunakan hisab, yaitu perhitungan astronomis berbasis ilmu pengetahuan. Metode hisab memungkinkan memperhitungkan hilal setiap awal Ramadan jauh sebelumnya bahkan hingga ratusan tahun ke depan. Dulu saya dapat hadiah sofware untuk mengetahui bulan baru dari Ketua ICMI Cab. Eropa di Den Haag yang bisa di simpan dalam komputer. Karena sudah lama akhirnya sofware itu rusak dalam computer. Saya percaya sofware itu sudah ada yang lebih canggih lagi. Jadi, di dunia Barat tidak ada orang lagi pergi merukya ramai-ramai bulan hilal di pinggir pantai. Hidup yang semakin nyaman justru membawa manusia pada tantangan baru: bagaimana menjaga keseimbangan antara kemajuan dan kebijaksanaan? Seperti yang dikatakan dalam Al-Qur'an, "Apakah kamu tidak melihat bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?" (QS Al-Fil: 1). Melihat tidak lagi bisa diartikan secara leterleit, seperti zaman Nabi saw. melainkan memperhitungkan atau sesuai konteks waktu, bukan lagi melihat dengan mata kepala, tetapi juga dengan mata hati, yaitu memperhitungkan atau mempelajari hikmah pada setiap peristiwa. Tetapi jika orang memakai rukyah cukup banyak dalilnya secara leterleit. Rukyah punya dalil sebagaimana hisab pun punya dalil. Tinggal manusia masa kini akan memilih yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Di masa Nabi sudah ada kelompok tekstual dan juga kelompok kontekstual yang penting kedua kelompok ini saling menghormati masing-masing. Menurut ulama besar, Syekh Yusuf al Qardawi, berbeda pendapat adalah sunnatullah dan yang dilarang adalah jika terjadi konflik karena perbedaan dalam penggunaan dalil khilafiah.

Ironi lainnya terlihat dalam penguasaan budaya. Dahulu, manusia tunduk pada alam. Mandi di sungai atau buang kotoran di semak-semak. Kini, teknologi memungkinkan manusia menaklukkan budaya. Air mengalir langsung ke kamar mandi. AC mendinginkan udara panas, dan menghangatkan udara di musim dingin. Sebagai mana terjadi di negeri Belanda. Jika sudah tiba saatnya di musim dingin, dimana-mana orang tidak bisa tidur karena pengaruh udara dingin yang menerobos masuk lubang kunci kecil dan bisa menusuk badan di malam hari. Akibatnya, semua apartemen di Belanda memiliki verwarmin (pemanas). Jika di Indonesia orang menggunakan AC, maka di Belanda justru memakai sebaliknya, yaitu verwarmin. Setiap mobil pun yang lalu-lalang di tengah jalan dilenkapi verwarmin. Sebab jika tidak, manusia bisa mati ke dinginan di jalanan. Tetapi, apakah semua kenyamanan ini membuat manusia lebih bahagia, atau justru semakin ironi?

Puncak dari ironi itu terlihat dalam penemuan persenjataan. Senjata nuklir sebagai hasil kepintaran manusia yang bertujuan atau dimaksudkan untuk melindungi negara dari serangan luar. Kini, justru menjadi ancaman terbesar umat manusia. Senjata nuklir modern memiliki daya hancur ribuan kali lipat daripada bom nuklir yang pernah jatuh di Hiroshima dan Nagasaki. Menurut para ahli yang saya catat bahwa daya hancur nuklir sekarang dibanding yang pernah jatuh di Herosima sama dengan 3800 kali. Jika manusia tidak mampu menahan hawa nafsunya, senjata ini dapat menjadi alat penghancur anak manusia sendiri. Senjata akan memakan penciptanya sendiri. Itu sebabnya PBB melarang penggunaan persenjataan nuklir dalam setiap pertempuran di mana pun juga. Larangan itu tetap perlu, "Jika tidak ingin senjata akan makan tuan."

Wasalam,
Kompleks GPM, 6 Januari 2025