Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) disingkat AI merupakan teknologi yang berkembang pesat dan berdampak luas di berbagai bidang kehidupan. Sejak kemunculan ChatGPT di akhir tahun 2022, banyak ilmuan yang kembali tersadar besarnya dampak AI dimasa depan. Kemunculan AI diramalkan akan melampaui popularitas dan kecepatan pertumbuhan Internet dan mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia didunia. Bahkan baru-baru ini Elon Mask (pendiri Tesla, StarLink, OpenAI dan lain-lain) mengklaim bahwa AI akan menghilangkan pekerjaan konvensional dimasa depan. Pernyataan ini akan menimbulkan banyak pertanyaan dan diskusi. Meskipun masih belum jelas bagaimana masa depan AI akan terbentuk, namun penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dan memikirkan bagaimana kita dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan terjadi.
Setahun terakhir ini saya menjadi pengguna aktif aplikasi-aplikasi AI dan begitu banyak hal yang membuat saya kagum dengan aplikasi-aplikasi tersebut. Namun disisi lain, pada lingkungan terdekat saya di kampus UIN Alauddin saya mengamati dan berasumsi masih rendahnya literasi terhadap AI. Ini mengacu dari beberapa parameter, yaitu pertama, masih banyak dosen dan mahasiswa yang belum memanfaatkan aplikasi-aplikasi AI yang dapat membantu dalam proses pembelajaran dan penelitian. Kedua tidak adanya kebijakan ditingkat prodi, fakultas, bahkan universitas untuk mendukung penggunaan aplikasi AI dalam pembelajaran dan penelitian (seperti berlangganan chatGPT atau aplikasi AI lainnya), ketiga saya belum melihat (mungkin ada) seminar-seminar atau diskusi-diskusi terkait AI ini dalam lingkungan kampus kita.
AI bukan hanya monopoli para profesional komputer atau IT, melainkan relevan dan bermanfaat untuk semua bidang, termasuk bidang pendidikan berbasis agama. Hal ini menurut saya sejalan dengan konsep Integrasi Keilmuan dalam lingkup UIN Alauddin. Kita jangan hanya terlalu fokus menyisipkan ilmu agama ke dalam ilmu-ilmu umum, tetapi lupa memodernisasi ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu terkini. Tentunya hal ini dapat menjadi kajian yang menarik di Pusat Kajian Islam, Sains dan Teknologi LP2M UIN Alauddin.
Artikel ini akan membahas kurangnya pemahaman tentang AI di beberapa PT (termasuk UIN Alauddin), pentingnya AI pada PT, keunggulan-keunggulannya, serta dampaknya jika suatu PT tidak menggunakan AI. Selain itu, artikel ini akan memberikan solusi bagi PT untuk meningkatkan literasi AI di kampus mereka.
Kurangnya Pemahaman terhadap AI
AI atau Kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk menciptakan sistem yang dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Tugas-tugas tersebut meliputi pengenalan suara, pemahaman bahasa alami, pengambilan keputusan, dan visualisasi. AI telah diterapkan dalam berbagai aplikasi, mulai dari chatbot layanan pelanggan hingga analisis data medis.
Meskipun AI telah banyak diterapkan di berbagai sektor, pemahaman tentang teknologi ini masih terbatas di beberapa kalangan, termasuk dikalangan masyarakat PT. Banyak dosen dan mahasiswa yang masih menganggap AI sebagai domain eksklusif dari disiplin ilmu komputer atau teknologi informasi. Padahal, aplikasi AI dapat ditemukan di berbagai bidang studi, termasuk ilmu sosial, pendidikan, maupun ilmu keagamaan.
Hambatan dalam Mengadopsi AI
Beberapa faktor yang menghambat adopsi AI antara lain kurangnya sumber daya manusia yang terampil, keterbatasan infrastruktur teknologi, dan minimnya kurikulum yang mencakup pembelajaran tentang AI. Selain itu, masih ada persepsi bahwa teknologi canggih seperti AI tidak relevan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai akademis karena mempermudah mahasiswa mengerjakan tugas dan memungkinkan banyak tindakan kecurangan dalam ujian, karena kemampuan dan akurasi tools AI dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian.
Daripada khawatir dengan aspek negatif AI dan menempatkannya menjadi lawan dalam pembelajaran, jauh lebih baik menempatkannya sebagai kawan yang mendukung proses pembelajaran. Seperti membantu membuat RPS, mencari referensi dengan cepat, membantu proses diskusi untuk menghadirkan pendapat-pendapat yang ‘out of the box’ dan ‘up to date’, membantu persiapan (memahami ‘body of knowledge’ suatu mata kuliah) dan proses belajar (melakukan evaluasi pemahaman terhadap materi kuliah), serta membantu dalam percepatan dan efektivitas pembuatan karya ilmiah.
Pentingnya AI di Perguruan Tinggi (PT)
Beberapa hal yang membuat AI sangat penting bagi perguruan tingg (PT) diantaranya:
Keunggulan AI terletak pada kemampuan melakukan Efisiensi dan Otomatisasi. Proses yang memerlukan waktu dan tenaga manusia dapat diotomatisasi, sehingga staf pengajar dan administrasi dapat fokus pada tugas-tugas yang lebih strategis dan kreatif. Selain itu Analisis Data yang Mendalam dan Akurat dari AI dapat menemukan tren, pola, dan wawasan yang berharga. Hal ini sangat berguna dalam penelitian akademik dan pengambilan keputusan strategis. Personalisasi dan Pengalaman mahasiswa dengan platform pembelajaran berbasis AI dapat memberikan rekomendasi materi belajar, mengatur jadwal belajar, dan memberikan umpan balik yang tepat waktu dan relevan.
Dampak Ketidakhadiran AI di Perguruan Tinggi.
Hal yang perlu menjadi perhatian kampus kita adalah dampak jika kita telalu lama mengadopsi AI, disaat PT lain telah memodifikasi tools-tools AI untuk kebutuhan kampusnya, kita baru mulai mengenal AI. Beberapa dampak ketidak hadiran AI dalam lingkup PT:
Solusi untuk Meningkatkan Literasi AI di Perguruan Tinggi.
Beberapa solusi di bawah ini dapat menjadi pertimbangan,agar UIN Alauddin dapat segera mengadopsi AI:
Kesimpulan
Kecerdasan buatan atau AI merupakan teknologi yang sangat relevan dan penting bagi PT. Meskipun masih terdapat banyak tantangan dalam mengadopsi dan memahami AI, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk meningkatkan literasi AI di PT. Integrasi AI dalam kurikulum, pelatihan, kemitraan, pengembangan infrastruktur, peningkatan kesadaran, dan dukungan untuk penelitian merupakan beberapa solusi yang dapat diterapkan.
Dengan meningkatkan literasi AI, PT dalam hal ini UIN Alauddin tidak hanya akan meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian mereka, tetapi juga siap menghadapi tantangan dan peluang di era digital ini. AI bukan lagi monopoli para profesional IT, melainkan alat yang bisa dimanfaatkan oleh semua bidang untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan lebih baik.
Terkait ramalan Elon Mask dimana AI akan menggantikan peran manusia di masa depan, saya lebih cenderung mengikuti beberapa pendapat ahli dibidang AI yaitu: “AI tidak menggantikan peran manusia, namun manusia dengan kemampuan AI akan mengungguli manusia yang awam dengan AI”.