Berbagi kebaikan di bulan Ramadhan tidak harus dengan menyiapkan takjil buka puasa dan memberi materi berupa angpao.
Melainkan juga dalam bentuk jauhar-jauhar lainnya, seperti canda dan tawa kepada mereka yang sedang bermuram durja, mengucapkan kata permisi, tolong, maaf, terima kasih, dll.
Kebaikan-kebaikan kecil sejenis ini tidak boleh diremehkan utilitasnya, meski hanya menemui saudara seiman kita dengan wajah penuh berseri-seri, MARENNU MAPPAKARIO-RIO.
Malah, tuturan kata kebaikan lebih menyembuhkan hati yang tersayat, itu jauh lebih ampuh daripada khasiat obat balsem gosoknya ‘Balpirik; kendati iklannya mengaku ‘ekstra kuat’ sepanjang masa.
Berbuat baik untuk mendapatkan subsidi amal paling gampang diimplementasikan di bumi persada ini.
Memberi nasehat ringan saja, "Daeng Tola, hati-hati ki’ di jalan nnaa". Ungkapan seperti ini sudah masuk circle perbuatan baik dapat mendulang pahala, menolong putusan Mahkamah Agung Akhirat.
Pendeknya, berbuat baik merupakan suatu hal yang harus dibiasakan leluri Bani Adam. Sebab, apa yang ditabur, itu pula yang akan dipetik.
In ahsantum ahsantum li anfusikum (Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (Al-Isra: 7)
Wangi bunga mawar hanya menyebar dalam ruangan berukuran sempit di sekitarnya. Tapi, kebaikan seseorang harumnya akan menghambur ke semua penjuru mata angin hingga beratus-ratus kilometer.
Begitulah hal kebaikan kepada sesama, memberikan kebaikan kepada orang lain, berarti menyambut ganjaran kebajikan kepada diri sendiri.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuat orang lain merasa harinya lebih indah dan menyenangkan.
Apalagi bulan suci Ramadhan ini, amat merugilah orang yang tidak menjadikan kebaikan sebagai panggilan jiwanya.