Gambar Lebih Banyak Tidak Tahunya

Dua kisah menarik di bawah ini.

وسُئل أبو يوسف عن شيء، فقال: «لا أدري»، فقيل: تأكل من بيت المال كلّ يوم كذا درهمًا فتقول «لا أدري»، فقال: آكل بقدر علمي ولو أكلت بقدر جهلي ما كفاني ما في الدنيا جميعًا.

Kutipan pertama  ini mengisahkan sebuah percakapan antara Abu Yusuf, seorang ulama besar dalam mazhab Hanafi, dan seorang yang mempertanyakan jawabannya. 

Abu Yusuf ditanya tentang suatu hal, tetapi ia menjawab, “Saya tidak tahu.” Orang tersebut kemudian mengkritiknya dengan mengatakan bahwa Abu Yusuf menerima sejumlah uang dari Baitul Mal (perbendaharaan negara) setiap hari, namun masih bisa menjawab dengan “Saya tidak tahu.”

Abu Yusuf kemudian membalas kritikan itu dengan bijak: “Saya makan sesuai dengan ilmu yang saya miliki. Jika saya makan sesuai dengan kebodohan saya, maka seluruh kekayaan dunia ini pun tidak akan mencukupi.”

Makna kutipan ini adalah pengakuan atas keterbatasan pengetahuan. Abu Yusuf menunjukkan bahwa meskipun dia seorang ulama besar, dia tidak malu mengakui bahwa dia tidak mengetahui segala hal. Jawaban “tidak tahu” adalah bagian dari kejujuran intelektual. 

Dia juga menegaskan bahwa kekayaannya didapatkan berdasarkan pengetahuan yang dia miliki dan telah dia ajarkan, tetapi jika dia diberi kompensasi untuk ketidaktahuannya atau kebodohannya, bahkan seluruh kekayaan dunia pun tidak akan cukup. Itu karena hal yang tidak dia ketahui jauh lebih banyak dari apa yang dia ketahui.

‎وَسُئِلَ عَنْ مَسْأَلَةٍ فَقَالَ لَا أَدْرِي فَقِيلَ هِيَ مَسْأَلَةٌ خَفِيفَةٌ سَهْلَةٌ فَغَضِبَ وَقَالَ لَيْسَ فِي العلم شئ خَفِيفٌ.

Kutipan kedua ini tentang Imam Malik, pendiri mazhab Maliki. 

Dalam satu kesempatan Imam Malik ditanya satu masalah dan ia menjawab ‘saya tidak tahu’. Kemudian si penanya berkata, ‘ini kan masalah sepele’. Imam Malik menjadi marah dan berkata: ‘tidak ada hal sepele dalam ilmu pengetahuan!’

Makanya aku juga kalau ditanya soal isi hatimu, ya aku jawab gak tahu lah…mana ada hal yang ringan dan sepele soal memahami hatimu, sayang. Lebih gampang belajar mazhab dalam fiqh daripada memahami gejolak hatimu