Gerwani, singkatan dari Gerakan Wanita Indonesia, awalnya berdiri pada tahun 1950 sebagai organisasi perempuan progresif yang memperjuangkan hak-hak wanita, kesetaraan, dan keadilan sosial. Dalam perkembangan politiknya, Gerwani semakin erat berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), sehingga menjadi salah satu sayap penting dalam memperluas pengaruh komunisme di kalangan perempuan Indonesia.
Seiring perjalanan waktu dan pengaruh komunis sebagai akibat pengaruh Nasakon Presiden Soekarno, maka Gerwani melalui universitas berpengaruh di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Banyak wanita yang yang terpengaruh pada Gerwani.
Seiring waktu pula, orientasi ideologis Gerwani bergeser dari isu-isu emansipasi ke arah dukungan penuh terhadap perjuangan politik PKI, termasuk retorika anti-agama, anti-kapitalis, dan anti-feodalisme. Mereka sering turun ke lapangan dalam demonstrasi, kampanye, dan berbagai kegiatan massa yang mendukung garis perjuangan revolusioner versi PKI.
Keganasan Gerwani menjadi sorotan tajam dalam tragedi kelam G30S/PKI tahun 1965. Dalam peristiwa itu, nama Gerwani disebut-sebut terlibat dalam penyiksaan terhadap para jenderal yang diculik dan dibunuh di Lubang Buaya. Laporan yang beredar menyebutkan bahwa anggota Gerwani ikut dalam penyiksaan sadis, termasuk tarian-tarian provokatif di sekitar para korban. Walaupun sebagian narasi ini diperdebatkan oleh sejarawan modern karena dianggap dibesar-besarkan oleh Orde Baru, namun pengaruh dan keberpihakan Gerwani pada ideologi komunis tidak dapat dibantah. Sudah banyak para wanita Islam yang terpengaruh masuk Gerwani.
Permawi adalah kependekan Persatua Jamaah wanita Islam. Permawi adalah organisasi wainta yang mengajak umat untuk lebih mendekatkan umat pada Yang Maha Pencipta, sebaliknya Germawi adalah organisasi wanita yang mengajak manusia menjauhi Tuhan. Jadi Permawi merupakan anti tesis dari Gerwani. Germawi jauh dari politik. Ia hanya bergerak di bidang dakwah untuk memperkokoh di bidang akidah dan pengamalam agama dan ia sebagaimana DPP IMMIM melepaskan diri dari sektarianisme, seperti NU, Muhammadiyan, dan Syarikat Islam. Beda dengan Gerwani, ia adalah onderbow dari Partai Komunis Indonesia.
Nanti setelah Orde Reformasi baru gerakan ini semarak aktif dalam emansipasi seperti saudaranya peria. Permawi mulanya mengadakan kegiatan di rumah-rumah, seperti rumah H. Fadli Luran, di jalan Rusa. Nantilah jadi aula IMMIM baru pindah ke sana. Awalnya, permawi diketuai oleh Puang Rangi Rinding dan pada tahun 1989 baru beralih kepada Ny. Maria Halide sebagai ketua.
Wasalam, Kompleks GFM, 14 April 2025