Ketika seseorang bertanya kepada saya tentang bagaimana metode menulis dengan baik, saya hanya memberi jawaban singkat: Menulis itu ibarat berenang. Sebanyak apa pun teori dikuasai, tetap tak akan menjadi perenang yang andal jika tidak pernah berlatih di air. Seseorang bisa saja memahami berbagai gaya renang—seperti gaya kupu-kupu, gaya dada, atau gaya punggung—namun tanpa praktik, ia akan tetap panik dan lemas jika tiba-tiba harus berenang di sungai. Begitu pula dengan menulis. Tanpa latihan langsung, seseorang tidak akan bisa menghasilkan tulisan yang baik.
Inilah esensi dari pepatah nenek moyang kita: "Lancar kaji karena diulang, pasah jalan karena diturut." Artinya, segala sesuatu harus dilakukan secara berulang-ulang agar benar-benar dikuasai dan dipahami.
Kebiasaan baik pun perlu terus dilatih sejak dini agar menjadi bagian dari diri kita, sehingga kelak membuahkan pahala dan manfaat di kemudian hari. Hubungan vertikal manusia dengan Allah, misalnya, tak mengenal kebosanan. Dalam ilmu budaya, dikatakan bahwa selama Allah tetap sebagai Tuhan dan manusia tetap sebagai hamba-Nya, hubungan itu tidak akan berubah. Salat Subuh, misalnya, akan selalu dua rakaat—dan kapan pun ada yang menhentikan dan mengubahnya, itu disebut bid'ah, yang tidak diperbolehkan.
Namun, lain halnya dengan hubungan antar manusia (muamalah). Ia senantiasa mengalami perubahan. Dalam ilmu budaya, dikenal pepatah bahwa satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Semakin jauh rentang waktu, semakin nyata perubahan yang terjadi. Terlebih di era teknologi seperti sekarang, di mana perubahan bisa berlangsung begitu cepat dan drastis.
Sekali lagi, cara terbaik untuk menjadi penulis yang baik adalah dengan langsung berlatih menulis. Berharap menjadi penulis hanya dengan memahami teori, tanpa pernah mempraktikkannya, adalah sesuatu yang mustahil. Teori memang penting, tetapi harus selalu diimbangi dengan praktik. Itulah makna mendalam dari pepatah yang menjadi judul tulisan ini: "Lancar kaji karena diulang, pasah jalan karena diturut."
Wassalam, Kompleks GFM, 19 Maret 2025