oleh: Nadya
Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit. Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat secara sempurna.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, dan sosial
Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:
- Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
- Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
- Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.
Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.
Istilah penyakit (disease) dan keadaan sakit (illness) sering tertukar dalam penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit adalah istilah medis yang digambarkansebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat seseorang tidak lagi berada dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penderita penyakit asma, ketika tubuhnya mampu beradaptasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak melibatkan bentuk perkembangan bentuk kehidupan baru secara lengkap melainkan perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.
Proses perkembangan penyakit disebut patogenesis. Bila tidak diketahui dan tidak berhasil ditangani dengan baik, sebagian besar penyakit akan berlanjut menurut pola gejalanya yang khas. Sebagian penyakit akan sembuh sendiri (self limiting) atau dapat sembuh cepat dengan sedikit intervensi atau tanpa intervensi sebagian lainnya menjadi kronis dan tidak pernah benar-benar sembuh.
Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan pada metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan munculnya tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi), hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis (seperti kejang)
Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap :
- Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran
- Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau gejala
- Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)
- Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan kemungkinan menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase akut subklinis)
- Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya akan diikuti oleh fase akut lain)
- Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah perjalanan berhenti)
- Kesembuhan (recovery) pada kondisi ini pasien kembali sehat dan tubuhnya sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau gejala penyakit yang tersisa.
Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti perubahan dalam kehidupan seseorang. (stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua mekanisme :
- Adaptasi yang berhasil baik
- Kegagalan beradaptasi)
Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik. Stressor fisik seperti terkena racun, dapat menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya keadaan sakit atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang dapat dikenali. Stressor psikologik seperti kehilangan orang yang dicintai ataupun hal lain yang dapat menyebabkan gangguan yang bersifat psikologik dapat menimbulkan respon maladaptif. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan dari beberapa penyakit kronik.
Seorang perintis dalam pengkajian tentang stress dan penyakit Hans Selye, menguraikan stadium adaptasi terhadap kejadian yang menimbulkan stress, alarm, resistensi dan pemulihan (recovery), atau kelelahan (exhaustion).
STRESSOR FISIK ATAU PSIKOLOGIK
REAKSI ALARM (RESPON FIGHT OR FLIGHT)
- Sistem saraf mulai dibangkitkan
- Epinefrin dan norepinefrin bersama hormon lain dilepaskan sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung, kekuatan kontraksi jantung, asupan oksigen, dan aktivitas mental
RESISTENSI
- Tubuh bereaksi terhadap stressor dan berupaya kembali ke kondisi homeostasis
- Mekanisme koping turut berperan
KELELAHAN
- Jika stress tidak berhenti, stadium kelelahan akan dimulai
- Tubuh tidak lagi mampu memproduksi hormon seperti yang dilakukan pada stadium alarm
- Kerusakan organ mulai terjadi
Skema Respon Fisik Terhadap Stress
(Sumber : Kowalak et al, 2002, Buku Ajar Patofisiologi)
Dalam awal perkembangan penyakit agen-agen patologi akan menyebabkan perubahan pada proses biologis yang dapat dideteksi dengan analisis laboratorium tetapi tidak memberikan gejala seperti pada penyakit gagal ginjal kronik dimana kerusakan ginjal telah terjadi sebelum penderita merasakan adanya perubahan dan gejala, sebaliknya beberapa penyakit tampak sebagai gangguan fungsional dan sebenarnya menjadi gejala klinis walaupun tidak disertai dengan adanya kerusakan pada organ.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menekankan bahwa penyakit bersifat dinamis dan tidak statis. Manifestasi penyakit pada penderita tertentu dapat berubah setiap saat apabila terdapat keseimbangan biologis dan mekanisme kompensasi tubuh bekerja secara optimal. Faktor lingkungan juga memberikan pengaruh dalam manifestasi penyakit. Sehingga, tiap penyakit mempunyai batas manifestasi yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Jika mempertimbangkan jumlah seluruh penyakit pada manusia maka banyaknya faktor etiologi dan banyaknya penyakit yang disebut secara terpisah tidak akan pernah ada habisnya. Respon mekanisme penyakit pada tubuh itu terbatas sehingga suatu penyakit akan berbeda dengan penyakit lainnya sebab berkaitan dengan mekanisme respon terhadap stressor dan mekanisme patogeniknya.
Kemampuan tubuh untuk mengalami pemulihan ataupun kegagalan pemulihan sangat tergantung kemampuan setiap sel di dalam tubuh untuk dapat mempertahankan stabilitasnya (homesotasis) ketika menghadapi stressor. Untuk mempertahankan stabilitas atau keseimbangan maka di dalam otak terdapat tiga struktur yang bertanggung jawab untuk mempertahankan homeostasis tubuh yaitu :
- Medulla oblongata, bagian batang otak yang berkaitan dengan dengan berbagai fungsi vital seperti respirasi dan sirkulasi
Gambar 1.1 Sistem Saraf Pusat
(Sumber Anatomi Fisiologi Manusia)
- Kelenjar hipofisis, berperan dalam mengatur kelenjar lain dan melalui pengaturan ini dapat mengendalikan pertumbuhan, maturasi serta reproduksi
Gambar 1.2 Kelenjar Hipofisis
(Sumber : Fisiologi Manusia dikutip dari McGraw Hill)
- Formasio retikularis, yaitu suatu jalinan sel-sel saraf (nukleus) dan serabut-serabut saraf di dalam batang otak (brain stem) serta medulla spinalis yang membantu mengontrol semua refleks vital seperti fungsi kardiovaskuler dan respirasi.
Keseimbangan dipertahankan lewat mekanisme umpan balik (feedback) melalui pengaturan sendiri. Mekanisme ini memiliki tiga komponen :
- Sensor yang mendeteksi gangguan pada homeostasis (yang disebabkan oleh impuls saraf atau perubahan kadar hormon)
- Pusat kontrol dalam sistem saraf pusat yang menerima sinyal dari sensor dan mengatur respon tubuh terhadap gangguan pada homeostasis (dengan memulai mekanisme efektor)
- Efektor yang bekerja untuk memulihkan homesotasis
Dalam proses mekanisme umpan balik dapat terjadi dalam dua mekanisme yaitu :
- Mekanisme umpan balik positif yang menggerakkan sistem menjauhi homeostasis dengan cara menggalakkan perubahan dalam sistem tersebut. Sebagai contoh, jantung akan memompa dengan frekuensi dan kekuatan yang lebih tinggi ketika seseorang berada dalam keadaan syok. Jika syok berlanjut maka kerja jantung dapat memerlukan lebih banyak oksigen daripada yang tersedia dan sebagai akibatnya akan terjadi gagal jantung.
- Mekanisme umpan balik negatif yang bekerja memulihkan homeostasis dengan cara memperbaiki defisit yang terjadi dalam sistem.
Gambar 1.3 Mekanisme Umpan Balik Negatif
(Sumber Fisiologi Manusia dikutip dari McGraw Hill)
Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih membingungkan dan kurang jelas. Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai hidup manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang menimpa manusia adalah takdir, sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan sakit merupakan takdir tetapi menjaga kesehatan dan mencegah agar supaya kita tidak sakit ataupun mencari pengobatan ketika jatuh sakit harus dilakukan dan Alquran memberikan petunjuk mengenai hal ini
Meskipun kata sehat wal afiat yang merupakan Indonesiasi dari bahasa Arab ash-shihah dan al’ afiah tetapi tidak ada satu kata pun di dalam Alquran menyebutkan kata ash-shihhah dan al’afiah, tetapi Alquran menyebutkan perkataan syifa’ yang berarti kesembuhan (dari sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari keadaan sakit). Kata syifa’ disebut dalam Alquran dimana disebutkan bahwa di samping sebagai petunjuk Alquran juga dinyatakan sebagai obat yang menyembuhkan Firman Allah di dalam Qs. Al Israa’ (17): 82:
ãAÍi”t\çRur z`ÏB Èb#uäö?à)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷qu‘ur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 Ÿwur ߉ƒÌ“tƒ tûüÏJÎ=»©à9$# žwÎ) #Y‘$|¡yz ÇÑËÈ
Terjemahnya
82. dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Alquran sebagai penyembuh hanya kepada orang yang beriman secara Islam. Non muslim dikategorikan sebagai orang-orang lalim, otomatis tidak sehat. Dengan demikian, yang dimaksud sehat atau sakit dalam ayat ini bersifat rohaniah. Secara fisik orang dikatakan sehat tetapi secara rohaniah belum tentu dikatakan sehat. Ukuran sehat atau sakit terletak pada ‘iman’ secara Islam.
Karakteristik kesehatan yang demikian ini secara lebih eksplisit, yaitu penyakit hati, kata lain dari rohani, disebutkan kembali dalam Qs. Yunus (10) : 57
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ô‰s% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§‘ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 ’Îû Í‘r߉?Á9$# “Y‰èdur ×puH÷qu‘ur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
Terjemahnya :
57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita peroleh dari kisah yang dialami oleh Nabi Ayyub dalam Al Quran Surah Al Anbiyaa (21): 83-84
* šUq•ƒr&ur øŒÎ) 3“yŠ$tR ÿ¼çm/u‘ ’ÎoTr& zÓÍ_¡¡tB •Ž‘Ø9$# |MRr&ur ãNymö‘r& šúüÏH¿qº§?9$# ÇÑÌÈ $uZö6yftGó™$$sù ¼çms9 $oYøÿt±s3sù $tB ¾ÏmÎ/ `ÏB 9h?àÊ ( çm»oY÷?s?#uäur ¼ã&s#÷dr& Nßgn=÷VÏBur óOßgyè¨B ZptHôqy‘ ô`ÏiB $tRωYÏã 3“t?ò2ÏŒur tûïωÎ7»yèù=Ï9 ÇÑÍÈ
83. dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang".
84. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayub yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-anaknya. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tidak tertimpa penyakit, karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah tetap baik dan digunakan oleh Nabi Ayub untuk berzikir dan memohon keridhoan Allah, dan Allah pun mengabulkan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayub sembuh dan dikembalikan harta dan keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk kepada Allah, tidak berputus asa akan rahmat Allah serta bersabar dalam menerima takdir Allah. Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apabila Allah mentakdirkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah mentakdirkan kesembuhan, tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita sembuh.
Penjelasan lain mengenai konsep sakit dalam padangan Islam dapat juga kita temukan dalam Al Quran surah Asy Syuaraa (26) : 72-82
“Ï%©!$# ÓÍ_s)n=yz uqßgsù Èûïωöku‰ ÇÐÑÈ “Ï%©!$#ur uqèd ÓÍ_ßJÏèôÜムÈûüÉ)ó¡o„ur ÇÐÒÈ #sŒÎ)ur àMôÊÌ?tB uqßgsù ÉúüÏÿô±o„ ÇÑÉÈ “Ï%©!$#ur ÓÍ_çGŠÏJム¢OèO ÈûüÍŠøtä† ÇÑÊÈ ü“Ï%©!$#ur ßìyJôÛr& br& t?Ïÿøótƒ ’Í< ÓÉLt«ÿ‹ÏÜyz uQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÑËÈ
78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku,
79. dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu,
80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,
81. dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
82. dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau memalukan melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan mengalami sakit maka seorang hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal ini karena keselamatan dan kesehatan merupakan nikmat Allah yang terbesar dan harus diterima dengan rasa syukur sebagaimana firman Allah dalam Al quran Surah Ibrahim (14) : 7
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u‘ ûÈõs9 óOè?ö?x6x© öNä3¯Ry‰ƒÎ—V{ ( ûÈõs9ur ÷Länö?xÿŸ2 ¨bÎ) ’Î1#x‹tã Ó‰ƒÏ‰t±s9 ÇÐÈ
7. dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ayat di atas mengajarkan kepada manusia bahwa manusia senantiasa harus bersykur dan salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah adalah dengan selalu berprilaku sehat dan menjaga kesehatan
Sehat dan sakit memang merupakan ketentuan Allah tetapi ketika berada dalam kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan berputus asa karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal ini dijelaskan dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang artinya “Tidak ada yang yang menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis), kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosanya”
Dari berbagai ayat, dan hadis, yang berkaitan dengan usaha kesembuhan dapat disimpulkan bahwa Alquran maupun Assunnah menjelaskan bahwa hidup sehat itu adalah penting dan cara memperoleh kesehatan harus hati-hati, jangan sampai jatuh ke dalam praktik kemusyrikan.
Menjaga kesehatan sebagai bagian dari cara bersyukur kepada Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk memperoleh kesehatan adalah dengan hidup bersih. Rasulullah saw pernah berasabda adan amat populer di lingkungan dunia medika Islam “an-Nadafatu min al-iman” (Bersih itu bagian dari iman). Lawan dari bersih adalah kotor atau jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kotor dan jorok tidak mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi, kotor atau jorok mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat dipahami bahwa ada independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan iman. Bersih menyebabkan sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman. Di sisi lain, iman yang benar menuntut supaya hidup bersih, dan buah dari hidup bersih adalah sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat sesungguhnya telah lama diajarkan bagi pemeluk agama Islam yang salah satu perwujudannya adalah dengan menjaga kebersihan pribadi. Hal ini dengan jelas terdapat dalam Alquran yang menekankan kualitas hidup bersih atau suci, baik suci secara lahiriah maupun suci secara batiniah sebagaimana firman Allah dalam Q.s Al-mudatstsir (74) : 4
y7t/$u‹ÏOur ö?ÎdgsÜsù ÇÍÈ
Terjemahan :
Dalam ayat yang lain
$pkš‰r'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä #sŒÎ) óOçFôJè% ’n
6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
[403] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
[404] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.
Kesucian atau kebersihan yang dikehendaki oleh Islam meliputi kebersihan lahiriah (tubuh), batiniah (jiwa), pakaian dan juga lingkungan. Orang yang kondisi jasmaninya sehat tentu lebih energik, inovatif, dan lebih kreatif dan memiliki daya mobilitas yang tinggi. Meskipun demikian, hanya memiliki kesehatan jasmani belum sempurna menurut pandangan Islam. Orang sehat jasmaninya belum tentu sehat rohaninya sehingga sangat penting untuk senantiasa menjaga kebersihan dan menjauhi kehidupan yang kotor sebagaimana firman Allah di dalam Al quran terdapat dalam Q.s Al Baqarah (2) : 222, Allah memerintahkan kepada kita umat Islam agar menjauhi kehidupan yang kotor
š?tRqè=t«ó¡o„ur Ç`tã ÇÙŠÅsyJø9$# ( ö@è% uqèd “]Œr& (#qä9Í”tIôã$$sù uä!$|¡ÏiY9$# ’Îû ÇÙŠÅsyJø9$# ( Ÿwur £`èdqç/t?ø)s? 4Ó®Lym tbö?ßgôÜtƒ ( #sŒÎ*sù tbö?£gsÜs? Æèdqè?ù'sù ô`ÏB ß]ø‹ym ãNä.t?tBr& ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ?=Ïtä† tûüÎ/º§qG9$# ?=Ïtä†ur šúïÌ?ÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ
222. mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang diartikan sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani, disertai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa, yang terdapat dalam lingkungan , disamping secara positif merasa gesit, kuat dan bersemangat dan Islam menghendaki ummatnya agar sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani karena jika diperhatikan secara seksama, ternyata ada tipe manusia yang secara rohani sehat yang indikasinya: rajin ibadah, perilakunya baik, berbicaranya sopan membaca Alquran bagus, dan hidupnya sederhana, tetapi secara jasmani kurang sehat, terlihat lemah, batuk-batuk kecil, raut muka kusut, tempat huniannya kurang terawat, tentu profil ini tidak dikehendaki oleh Islam. Ia musti juga harus sehat secara jasmani maupun rohani.
*Artikel Peserta Orientasi IDI Tahun 2012: Dokumen Pusat Peningkatan &Penjaminan Mutu UIN Alauddin