Gambar Kisah Dokter yang Tiba-tiba Menyumbang Biaya Pembangunan Masjid


Saya ingin memulai artikel ini dengan sebuah pertanyaan. Pernahkah Anda, ketika sedang berobat ke seorang dokter di rumah sakit, tiba-tiba menerima sumbangan untuk proyek yang sedang Anda pimpin tanpa syarat dan tanpa diminta? Mungkin pernah, tetapi saya yakin hal ini sangat jarang terjadi.

Sudah cukup lama saya merasakan sedikit nyeri yang mengganggu di kaki kanan. Beberapa kali saya sudah berobat ke Puskesmas dan mengonsumsi obat yang diresepkan oleh nyonyaku. Namun, nyeri tersebut belum sepenuhnya sembuh.

Rasa sakit di kaki saya terkadang hilang, tetapi sering kali muncul kembali. Kadang-kadang muncul setelah saya makan sesuatu, tetapi tak jarang juga muncul meski saya tidak mengonsumsi makanan tersebut. Awalnya, nyonyaku  melarang saya makan ayam potong dan telur ras. Saya pun menaatinya, tetapi nyeri masih sering muncul dan hilang secara bergantian. Hingga akhirnya, istri saya berkata, "Ini penyakit kronis." Saya sangat terkejut mendengarnya.

Akhirnya, kami memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis. Setelah mendapatkan rujukan BPJS, kami memilih RS Sandi Karsa di Jl. Abdullah Dg. Sirua, Makassar. Awalnya, saya ingin berobat di RS PKU Unismuh Makassar, tetapi rumah sakit tersebut tidak termasuk dalam rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat saya berobat karena berada di luar wilayah Kota Makassar, meski jaraknya cukup dekat.  

Saya penasaran ingin mencoba layanan di RS Sandi Karsa. Meski jaraknya cukup jauh dari rumah, saya sering melihat rumah sakit ini dari jembatan layang Makassar dalam perjalanan ke Bandara Sultan Hasanuddin Maros dan ingin mengetahui pelayanannya secara langsung. Inilah pertama kalinya saya berobat ke sana.

Terus terang, saya sangat terkejut dengan pelayanan yang diberikan. Satpamnya ramah, resepsionisnya bersahabat, dan perawatnya sangat cekatan serta bertanggung jawab. Semua proses pelayanan dibantu dan dipermudah. Sebelum saya tiba, petugas rumah sakit sudah menghubungi saya untuk memastikan posisi saya. Saya benar-benar salut dan mengapresiasi layanan yang diberikan.

Pagi  tadi, saya baru saja selesai mengikuti rapat virtual dengan keluarga di Singapura dan Tapanuli Selatan mengenai pembangunan masjid. Awalnya, rapat dijadwalkan berlangsung selama satu jam, tetapi ternyata berlangsung hampir dua jam. Akibatnya, saya terlambat datang ke rumah sakit. Beruntung, dokter yang akan menangani saya dengan sabar menunggu hingga saya tiba tepat sebelum batas waktu yang ditetapkan.

Sesampainya di rumah sakit, saya mendaftar di resepsionis dan diarahkan masuk ke ruang dokter. Semua proses berlangsung cepat dan memuaskan. Saya masuk ke ruang dokter ditemani oleh istri saya yang setia. Serta dua orang perawat. Saya sedikit heran karena biasanya hanya ada satu perawat yang menemani, bahkan terkadang tidak ada sama sekali. Mungkin memang itulah standar pelayanan di rumah sakit tersebut.

Dokter menanyakan keluhan saya, lalu saya menunjukkan kaki yang sakit dan mmberikan sedikit penjelasan. Setelah memeriksa kaki saya dengan bantuan penerangan dari kamera milik perawat, dokter memberikan diagnosis yang sangat mengejutkan. Katanya, penyakit ini terjadi karena stres. Saya benar-benar terkejut.

Saya pun mengakui kepada dokter bahwa dalam tiga bulan terakhir saya memang sering merasa stres dengan berbagai urusan. Padahal, menurut saya, steres yang saya alami tidak terlalu berat. Namun, dengan munculnya sakit di kaki ini, saya tidak bisa memungkiri bahwa saya memang mengalami stres.

Saya kemudian menjelaskan kepada dokter bahwa saat ini saya tengah memimpin pembangunan dua masjid. Salah satu masjid yang saya pimpin berada di kampung halaman saya, Tapanuli Selatan. Proyek ini masih dalam proses dan menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Sebagian besar dananya telah disiapkan oleh tante dan keluarga saya di Singapura. Meskipun terdapat adanya  kerikil-kerikil  kecil yang saya hadapi, hal tersebut cukup mengganggu dan mengguris hati saya.

Masjid lainnya sedang dibangun adalah bersama teman-teman warga Batak Muslim yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Dalihan Na Tolu Makassar. Sekitar tiga bulan lalu, saya ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan masjid ini, hampir bersamaan dengan penunjukan saya sebagai ketua panitia pembangunan masjid di kampung halaman. Saya sudah menjelaskan kondisi saya kepada teman-teman, tetapi mereka tetap memilih saya sebagai ketua panitia.

Karena amanah ini, saya memutuskan untuk melepaskan salah satu jabatan di tempat kerja sekitar tiga bulan lalu. Saya menghadap pimpinan dan meminta keikhlasannya agar jabatan saya digantikan oleh orang lain agar saya bisa fokus menjalankan kedua amanah tersebut dengan baik tanpa mengganggu aktivitas saya di kampus.

Kembali ke dokter yang menangani saya, beliau sempat menanyakan lebih lanjut tentang kedua projek pembangunan masjid tersebut. Saya pun menjelaskan kondisi yang ada. Setelah berdiskusi cukup lama mengenai sakit kaki saya, dokter memberikan resep serta beberapa tips agar saya bisakembali sehat.

Namun, ada satu hal yang sangat mengejutkan dan tidak pernah saya duga. Dokter tersebut meminta nomor rekening pembangunan Masjid Dalihan Na Tolu. Beliau berkata, "Ini saya ada sedikit bantuan." Bagi saya, bantuan yang diberikan itu sangat berarti. Tujuh ratus ribu rupiah langsung ditransfer ke rekening panitia di Bank Sulselbar Syariah. Ini adalah contoh nyata dari sumbangan yang ikhlas dari seorang hamba Allah yang beriman.

Alhamdulillah. Terima kasih, Ibu Dokter. Saya sengaja tidak menulis nama beliau, untuk menjaga privasinya. Terima kasih kepada RS Sandi Karsa, seluruh staf, perawat, dan satpam yang telah memberikan pelayanan terbaik. Itulah kisah yang ingin saya bagikan. Semoga ada manfaatnya.

Bakung Samata, 01 Februari 2025