Gambar KHITTAH IMMIM DI AWAL PRIODE


IMMIM berdiri bukan sekadar nama,
Ia adalah harapan yang menembus batas bangsa.
Dari awal ia telah merentang tangan,
Menjadi pemersatu umat dalam dekapan iman.

Tak sektarian, tak memisah golongan,
Ia tumbuh dalam pelukan kebersamaan.
Sebuah simbol, warisan yang bisa dijual ke depan,
Namun lebih dari itu: ia nyala perjuangan.

Aku pernah dititip amanah besar,
Sebagai ketua di tengah zaman yang mekar.
Ketika Ramadan menjelang dengan cahaya,
Walikota pun datang membawa kerja sama.

Aku menyambutnya dengan senyum dan kata:
"Inilah uswatun hasanah yang harus kita jaga.
Tradisi luhur dari mereka yang telah mendahului,
Warisan indah yang tak boleh mati."

Sejak Patompo memimpin kota,
Hingga walikota-walikota setelahnya,
Selalu ada ruang untuk bersinergi,
Dalam gema takbir dan cahaya PHBI.

Dewan Penasehat pun tak sekadar simbol,
Ia pancarkan cahaya dari sastrawan hingga kolonel.
Ada pemerintah, pengusaha, bahkan cendekia,
Menjadi penopang bagi IMMIM yang setia.

Sedang Pengurus Harian tak lain H. Fadeli Luran,
Tokoh besar yang setia dalam perjalanan.
Dibantu NU, Muhammadiyah, Perti, dan SI,
Semua duduk bersama dalam ikatan yang suci.

Para mubaligh pun setiap pekan berjalan,
Ke masjid-masjid, menyambung cahaya Tuhan.
Seperti Rasul di Madinah dahulu,
Yang merangkul semua, tak satupun dibuang jauh.

Piagam Madinah menjadi teladan,
Bahkan Yahudi diakui sebagai bagian.
“Untuk kalian agama kalian,” begitu sabda beliau,
Keadilan ditegakkan—tanpa cela atau keliru.

Montgomery Watt menyebutnya yang pertama,
Nurcholish Madjid menyebutnya melampaui masa.
Konstitusi itu bukan hanya kertas dan pena,
Tapi ruh bagi bangsa yang mencinta.

Tak heran bila Fadeli bersahabat mesra,
Dengan Jenderal Sodomo, tanpa prasangka.
Seorang Nasrani yang datang dalam setia,
Menemui sahabatnya, membawa damai dan cinta.

Susunan awal DPP IMMIM bukan kebetulan,
Tapi wujud khittah yang menjadi pedoman.
Keberagaman bukan ancaman,
Melainkan jembatan menuju persatuan.

Empat periode telah berjalan sesudah beliau,
Namun semangatnya tetap mengalir deras dan halus bagai sungai yang tak kering dahulu.
Karena warisan ini bukan sekadar struktur,
Tapi pancaran nilai yang hidup dan jujur.

Ketika keluarga H. Fadeli bertamu ke rumahku,
Aku katakan dengan haru dalam kalbu:
"Visi ini mahal dan langka di masa kini.
Tak semua organisasi punya nilai seperti ini."

Kompleks GFM, 9 Juni 2025