Gambar KHAZANAH SEJARAH: RENDAH HATI

Sekitar tahun 1947, dua orang tokoh dari Makassar, Sayyid Alwi al-Mahdali dan Arsyad Daud,  mengunjungi seorang ulama kharismatik di Tana Mandar, Imam Lapeo. Keduanya datang hanya demgan maksud meminta tausiah kepada Sang Imam. Imam Lapeo pun memberi tausiah dengan berkata, "Hanya satu tausiah yangku bisa berikan," yaitu "Hendaknya rendah hati, jangan sombong, sebab kesombongan itulah jadi penyebab Iblis teriusir dari Surga," lanjut Imam Lapeo.

Untuk menjadi manusia rendah hati, al-Quran memberi resep, "La tuzakky anfusakum," (jangan merasa paling bersih atau paling benar), sehingga selalu merasa pemilik kebenaran. Seakan kebenaran hanya berasal dari dirinya dan kelompok sendiri. Kebenaran orang lain nonsens. Orang demikian telah menjelma jadi pendekar mabuk kepalang. Lihatlah pada postingan di WA atau Fb dan diskusi dua sisi di tv. Masing-masing cenderung mempertahankan pendapatnya. Walau sudah jelas argumennya sangat lemah bak sekedar menegakkan benang basah. Mereka tidak lagi mencari kebenaran, tetapi sekedar mencari-cari "pembenaran".

Di erah limpahan informasi, seharusnya memberi kearifan untuk bisa menyeleksi informasi paling benar dan akurat serta menerima informasi yang akurat itu dari mana pun datangnya. Gusdur pernah berpesan, "Terimalah kebenaran atau kebaikan dari mana pun asalnya, tak peduli dari kawan atau lawan. Andai ia keluar dari pantat ayam sekalipun, jika itu telur harus diterima," lanjut Gusdur.

Natijah:
1. Rendah hati antonim dari sombong, sedang sifat sombong faktor penyebab makhluk pertama teriusir dari Surga.
2. Sombong atau takabur dalam bahasa Arab, yaitu sikap memandang rendah orang lain serta penolakan kepada kebenaran.

Wassalam,
Kompleks GPM, 01 Maret 2024