Gambar KHAZANAH SEJARAH: PERBEDAAN DAN PERPECAHAN: DUA ISTILAH YANG BERBEDA

Perbedaan dan perpecahan dua istilah yang berbeda jauh. Alquran pun membedakannya, perbedaan justru di bolehkan tetapi perpecahan itu dilarang (lihat QS Ali Imran, 105).

Dalam hubungan ini,  Prof. Dr. Yusuf al-Qardawi menulis buku khusus tentang ini berjudul:
الصحوة الإسلامية: بين الاختلاف المشروع والتفوق المهموم
Judul ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berbunyi, Kebangkitan Islam: di Antara Perbedaan yang Disyariatkan dan Perpecahan yang Dibenci. Buku ini juga biasa diartikan Fikih Ikhtilaf. 

Buku ini saya anggap penting diketahui oleh para mubalig, khususnya mubalig yang bernaung di bawah DPP IMMIM, maka saya membahasnya dan menulisnya dalam bentuk bahasan buku yang diperuntukkan pada para mubalig. Buku itu berjudul: Persatuan Umat dan Saling Memahami Perbedaan, dan telah beberapa kali dibahas di DPP IMMIM, ICMI, DMI, ICMI Muda, dan lembaga lainnya.

Buku tersebut menggambarkan perbedaan dalam Islam sepanjang sejarah. Perbedaan adalah sunnatullah sebagai sebuah kemestian dalam upaya berfastabiqul khaerat. Syekh Yusuf al-Qaradawi mengutip pandangan Khalifah Umar bin Abd. Aziz yang masyhur karena kejujurannya:
مايسرنى أن أصحاب رسول الله صلم لم اختلفوا لأنهم لولم يختلفون لم يكن لنارخصة
Saya tidak merasa senang, kalau para sahabat Rasulullah saw. tidak berbeda pendapat. Andai mereka tidak berbeda pendapat, niscaya tidak ada rukhsah (memilih alternatif) bagi kami.

Al-Qardawi selanjutnya menerangkan, jika ada orang menghendaki agar kita keluar dengan satu suara atau pendapat saja, maka beliau menegaskan, لم يكن وقوعه (tidak mungkin terjadi dalam realitas). Sebab orang ini telah menentang sunatullah.

Jika perbedaan dibolehkan, sebaliknya perpecahan umat sangat dilarang oleh Allah swt. sendiri. 
Ala kulli hal, buku ini juga menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan, kenapa pada periode Madinah di masa Nabi saw. umat bisa bersatu? Apa yang menjadi penyebab timbulnya benih perbedaan di kalangan umat dalam lintasan sejarah, baik di masa para sahabat,  dunia Islam masa kini, dan terutama dalam sejarah umat Islam Indonesia. Buku ini  mengajak umat menuju kepada persatuan yang didambakan. Itulah yang mendorong memberi judul buku bahasan ini, PERSATUAN UMAT DAN SALING MEMAHI PERBEDAAN. 

Ala kulli hal, sekali pun tidak berpretensi pentingnya buku ini, apalagi ditulis dalam kondisi terbatas kurang fit, namun saya telah memulai sesuatu yang saya anggap positif untuk keluar dari penyakit laten yang melilit umat sepanjang sejarah, yaitu perpecahan. Tentu saja dengan harapan agar buku ini dilanjutkan dan disempurnakan. Berita terakhir menambah lagi pertanyaan baru, bagaimana umat bisa bersatu jika seharusnya memberi teladan justru mempertonton sesuatu kurang baik? Partai yang berlabel Islam dan mengajak umat untuk bersatu justru mereka sendiri berpecah dan saling memecat ketuanya. Mungkin ada baiknya merenung sejenak dengan membaca buku ini. Siapa tahu mendapat hidayah dari Allah swt. Amin!

Wasalam,
Kompleks GFM, 8 Sept. 2022 M/12 Safar 1444 H