Gambar KHAZANAH SEJARAH: PEMIKIRAN ISLAM SOEKARNO

Tulisan ini sengaja diangkat sebagai implementasi pemikiran saya terhadap Islam, seperti pada seri sebelumnya, yaitu: 
1. Mengedepankan sikap inklusif, sejalan dengan hadis Nabi saw. berbunyi:
الْكَلِمَةُ الْحِكْمَةُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ فَحَيْثُ وَجَدَهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا
التخريج : أخرجه الترمذي ، وابن ماجه
2. Pemikiran seseorang kemungkinan positif dan kemungkinan juga negatif. Untuk itu, seharusnya setiap penulis bersifat selektif dalam mengutip sebuah pendapat, yaitu dengan mengedepankan pemikiran positif untuk dikonsumsi para netizen, sekalipun pikiran itu datang dari seorang yang tidak "dikenal". Sebaliknya, pantang menyebarkan tulisan sekalipun dari kawan "seagama", jika tulisan itu membikin kacau para netizen.
3. Saya sependapat Imam Syafii berkata, والله لاابالى ان يظهر الحق على لسانى او على لسان خصمي
Demi Allah, saya tak peduli, apakah kebenaran itu muncul dari lidahku atau lidah orang lain.
4. Saya menyaksikan tradisi yang berlaku pada universitas yang sudah maju tidak lagi terkunkung pemikiran eksklusif, melainkan membuka diri dengan prinsip inklusif, yang penting pemikiran itu relevan dan benar. Tidak heran jika mereka bisa menembus pemikiran lintas mazhab dan agama.
5. Jelas saya bukan seorang politisi, tetapi tetap membatasi diri sebagai ilmuwan. Sebab politisi tetap mengikuti alur politik partainya sekalipun jalas tidak relevan. Sedang ilmuwan sejati tetap konsisten pada yang dianggap benar dan relevan.
6. Jika cara berpikir di atas bisa dipahami, maka tulisan berseri berikutnya sudah bisa, memperkenalkan seri "Pemikiran Islam
Soekarno," sekalipun saya bukan seorang Soekarnois.
7. Membaca pemikiran Soekarno jangan lupa metode sejarah, yaitu dengan membawa pemikiran itu pada masa dan tempat di mana pemikiran itu di sampaikan. Seorang ilmuwan sejati tidak akan mengadili masa lalunya dengan masa kini.

Wasalam,
Kompleks GFM, 13 Sept. 2022 M/17 Safar 1444 H