Gambar KHAZANAH SEJARAH: ISLAM DI ANTARA DIVERSITY AND UNITY (2)
Jika ada pendapat yang bisa dikompromikan, maka harus diakui pula bahwa ada yang tidak bisa dikompromikan. Dalam hal ini Direktur Uni Ulama se Dunia, Prof. Dr. Yusuf al-Qardawi berpendapat, "Perbedaan adalah sunnatullah dan orang yang tidak mau berbeda berarti menentang sunnatullah. Barang siapa yang menginginkan bahwa di dunia ini seragam saja, hanya satu pendapat, maka beliau mengatakan لم يكن وقوعه mustahil terjadi dalam realitas, dia telah memikirkan sesuatu yang tidak mungkin.
 
Dalam hubungan ini pada periode kepemimpin Drs. AGH Muhammad Ahmad sebagai Ketua Umum DPP IMMIM menegaskan bahwa sekalipun IMMIM berpaham ahlisunnah, tetapi dalam waktu yang sama DPP IMMIM memutuskan menghormati, dan menghargai aliran atau mazhab lain dalam Islam, termasuk Syiah. Itu sebabnya maka ketika masih hidup almarhum Dr. KH. Jalaluddin Rachmat beliau secara berkala menjadi nara sumber di IMMIM.
 
Jangankan Sunnah dan Syiah ditemukan beberapa perbedaan, dalam satu aliran saja bisa ditemukan perbedaan, seperti seperti Wahabi dan umat Islam Indonesia yang keduanya mengaku bermazhab Sunnah tetapi dalam pengamalan Islam ternyata keduanya ditemukan perbedaan. Menurut hasil penelitian almarhum Prof. Dr. Deliar Noer bahwa organisasi Muhammadiyah Yogyakarta dalam nuansa pengamalan berbeda dengan Muhammadiyah Padang."  Namun dalam perbedaan sekaligus ditemukan banyak persamaan.
 
DPP IMMIM sejak awal didirikan selalu mencari titik persamaan bukan titik perbedaan. Di bawah ini saya kutip kembali artikel saya beberapa hari lalu.
Ketika Prof. Quraish Shihab memberi testimoni tentang H. Fadli Luran, beliau berkata almarhum H. Fadli Luran lebih menonjol sebagai hukama daripada ulama. Beliau berdalih bahwa H. Fadli Luran mampu menyatukan ulama dan umat Islam yang berbeda-beda latar belakang organisasi, sepert NU, Muhammadiyah, PSII dan Perti duduk di satu meja di DPP IMMIM mengurusi masalah keumatan. Mereka bergabung dengan semboyang yang sampai sekarang masih menjadi legacy berharga, "Bersatu dalam Akidah dan Toleransi dalam Firuiyah-Khilafiah". Andai kata beliau masih hidup sampai sekarang pandangan itu tentu akan mengalami penyesuain sejalan dengan perkembangan zaman. Kita kembali lagi pada judul tulisan ini bahwa Islam berada dalam keseimbangan antara diversity and unity. 
 
Akhirnya saya kutipkan firman Allah dalam QS Al-Maeda: 48,
... . لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
... .Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
 
Wasalam,
Makassar, 14 April 2022